Pelabuhan Cilamaya Dibatalkan
A
A
A
KARAWANG - Setelah menuai pro-kontra selama beberapa bulan terakhir, rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat, akhirnya dibatalkan. Pemerintah akan menggeser lokasi pelabuhan baru pendukung Tanjung Priok tersebut ke daerah antara Subang dan Indramayu, Jawa Barat.
Namun untuk mewujudkannya, masih diperlukan kajian baru yang diperkirakan memakan waktu hingga beberapa bulan ke depan. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan melakukan studi kelayakan ulang untuk mendapatkan tempat yang lebih aman bagi pelabuhan baru selain di Cilamaya.
”Pemilihan tempatnya di kaji dulu beberapa bulan, baru pemerintah mulai (pembangunan pelabuhan baru),” ucap Wapres di Desa Tanjungjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kemarin. Pada kesempatan tersebut Wapres didampingi sejumlah menteri terkait seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala Bapenas Andrinof Chaniago, Menko Maritim Indroyono Soesilo, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Menurut Wapres, rencana luas pelabuhan baru nantinya tidak akan berubah dari konsep awal yang dapat memuat peti kemas hingga 5 juta teus per tahun. Pada kesempatan berbeda, Wapres mengatakan bahwa proyek Pelabuhan Cilamaya belum memiliki detail engineering, melainkan masih berupa studi. Sedangkan soal investor yang akan membangun fasilitas tersebut, dipastikan baru akan ada setelah ada desain engineering- nya.
”Yang jelas kalau dilanjutkan dengan lokasi saat ini, bisa berbahaya,” ucapnya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pembatalan pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat, untuk menjaga pasokan migas nasional. Dengan digesernya pelabuhan baru tersebut, dapat dipastikan operasional produksi minyak dan gas bumi (migas) Pertamina Hulu Energi Offshore West Java (PHE ONWJ) tetap terjaga.
”Kita harus menyelamatkan lapangan migas kita di Blok ONWJ,” katanya. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pada rapat kemarin di Karawang, Wapres Jusuf Kalla mendapat semua informasi termasuk data soal bawah permukaan dan kegiatan produksi Pertamina. ”Akhirnya, sampai pada kesimpulan, pembangunan di pindah ke tempat yang lebih aman ke arah timur,” kata Syamsu.
Hanya, kata dia, daerah yang akan dibangun pelabuhan baru belum ditentukan karena masih perlu kajian Bappenas dan Kementerian Koordinator bidang Maritim serta pemerintah daerah. ”Daerah Subang dan Indramayu lebih pas untuk koridor pelayaran. Sehingga, area zona amannya lebih luas. Setahu saya, dulu ada sembilan titik yang dibuat studi. Ada beberapa titik di sepanjang Pulau Jawa,” ungkapnya.
Direktur Operasional Pertamina Hulu Energi Bambang Kardono mengatakan, setelah ada keputusan resmi dari pemerintah soal pembatalan pembangunan pelabuhan Cilamaya, PHE ONWJ bertekad untuk mengembangkan wilayah kerja berdasarkan plan of development (POD). Dia menyebutkan, terdapat empat POD yang rencananya dianalisis dampak lingkungan (amdal)-nya.
”Saat ini produksi 40.000 barel per hari. Karena sudah ada kejelasan, akan kami kembangkan,” terang dia. Dia menargetkan, PHEONWJ mampu mencapai target produksi 50.000 bph hingga 2022. Adapun, tahun ini hampir 40.300 bph lebih tinggi dari produksi tahun lalu.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menegaskan, pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya tidak menggunakan dana negara, baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tetapi akan diserahkan kepada swasta.
Nanang wijayanto/ ichsan amin
Namun untuk mewujudkannya, masih diperlukan kajian baru yang diperkirakan memakan waktu hingga beberapa bulan ke depan. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan melakukan studi kelayakan ulang untuk mendapatkan tempat yang lebih aman bagi pelabuhan baru selain di Cilamaya.
”Pemilihan tempatnya di kaji dulu beberapa bulan, baru pemerintah mulai (pembangunan pelabuhan baru),” ucap Wapres di Desa Tanjungjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kemarin. Pada kesempatan tersebut Wapres didampingi sejumlah menteri terkait seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala Bapenas Andrinof Chaniago, Menko Maritim Indroyono Soesilo, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Menurut Wapres, rencana luas pelabuhan baru nantinya tidak akan berubah dari konsep awal yang dapat memuat peti kemas hingga 5 juta teus per tahun. Pada kesempatan berbeda, Wapres mengatakan bahwa proyek Pelabuhan Cilamaya belum memiliki detail engineering, melainkan masih berupa studi. Sedangkan soal investor yang akan membangun fasilitas tersebut, dipastikan baru akan ada setelah ada desain engineering- nya.
”Yang jelas kalau dilanjutkan dengan lokasi saat ini, bisa berbahaya,” ucapnya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pembatalan pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat, untuk menjaga pasokan migas nasional. Dengan digesernya pelabuhan baru tersebut, dapat dipastikan operasional produksi minyak dan gas bumi (migas) Pertamina Hulu Energi Offshore West Java (PHE ONWJ) tetap terjaga.
”Kita harus menyelamatkan lapangan migas kita di Blok ONWJ,” katanya. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pada rapat kemarin di Karawang, Wapres Jusuf Kalla mendapat semua informasi termasuk data soal bawah permukaan dan kegiatan produksi Pertamina. ”Akhirnya, sampai pada kesimpulan, pembangunan di pindah ke tempat yang lebih aman ke arah timur,” kata Syamsu.
Hanya, kata dia, daerah yang akan dibangun pelabuhan baru belum ditentukan karena masih perlu kajian Bappenas dan Kementerian Koordinator bidang Maritim serta pemerintah daerah. ”Daerah Subang dan Indramayu lebih pas untuk koridor pelayaran. Sehingga, area zona amannya lebih luas. Setahu saya, dulu ada sembilan titik yang dibuat studi. Ada beberapa titik di sepanjang Pulau Jawa,” ungkapnya.
Direktur Operasional Pertamina Hulu Energi Bambang Kardono mengatakan, setelah ada keputusan resmi dari pemerintah soal pembatalan pembangunan pelabuhan Cilamaya, PHE ONWJ bertekad untuk mengembangkan wilayah kerja berdasarkan plan of development (POD). Dia menyebutkan, terdapat empat POD yang rencananya dianalisis dampak lingkungan (amdal)-nya.
”Saat ini produksi 40.000 barel per hari. Karena sudah ada kejelasan, akan kami kembangkan,” terang dia. Dia menargetkan, PHEONWJ mampu mencapai target produksi 50.000 bph hingga 2022. Adapun, tahun ini hampir 40.300 bph lebih tinggi dari produksi tahun lalu.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menegaskan, pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya tidak menggunakan dana negara, baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tetapi akan diserahkan kepada swasta.
Nanang wijayanto/ ichsan amin
(bbg)