Revenue UNSP Naik Jadi Rp2,6 T

Minggu, 05 April 2015 - 09:45 WIB
Revenue UNSP Naik Jadi Rp2,6 T
Revenue UNSP Naik Jadi Rp2,6 T
A A A
JAKARTA - Kinerja PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) konsisten membaik sepanjang 2014 dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tengah harga jual minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan karet yang terus melorot tajam sepanjang tahun 2014, UNSP tetap mampu menikmati hasil penjualan yang tinggi, bahkan meningkat 27% dibanding perolehan nilai penjualan (revenue) sepanjang 2013 lalu, saat harga CPO di pasaran lebih tinggi.

“Nilai penjualan UNSP sepanjang tahun 2014 lalu mencapai Rp2,637 triliun, naik 27% jika dibanding Rp2,076 triliun sepanjang tahun 2013. Ini membuktikan bahwa fundamental bisnis kami sebenarnya tetap kuat untuk terus memacu kinerja,” kata Direktur UNSP Andi W. Setianto di Jakarta belum lama ini.

Laporan Keuangan UNSP 31 Desember 2014 yang dirilis Selasa (31/3) lalu memang menunjukkan bahwa emiten perkebunan ini sukses menorehkan kinerja positif di sepanjang tahun 2014. Selain penjualan yang melonjak hingga 27%, laba operasi dan laba kotor UNSP juga naik cukup signifikan. Menurut Andi, jajaran manajemen UNSP telah memantapkan strategi dan kiat jitu untuk terus memacu kinerja. “Hasilnya, sudah mulai terlihat sejak awal tahun 2014.

Perlahan tapi pasti, kami berhasil melakukan perbaikan dan memulihkan kekuatan fundamental bisnis kami. Hasilnya semakin kelihatan nyata pada laporan keuangan 31 Desember 2014 ini,” ujarnya. Laporan keuangan 31 Desember 2014 ini menunjukkan bahwa kinerja UNSP memang kian membaik dan positif.

Laba kotor meningkat 24% dari Rp591 miliar di sepanjang 2013 menjadi Rp731 miliar di sepanjang 2014. Perolehan laba operasi juga meningkat hingga 46% dari Rp213 miliar menjadi Rp312 miliar. Menurut dia, catatan positif ini antara lain merupakan hasil dari strategi jitu perseroan melakukan peningkatan produksi sawit dan karet di tengah kondisi harga pasar komoditas sawit dan karet yang masih berada di level yang rendah.

Harga komoditas sawit (CPO) terus melemah sepanjang 2014 sampai ke level terendah USD620 per ton FOB Malaysia dibandingkan harga sepanjang 2013 yang level terendahnya saat itu tercatat USD720 per ton. Data pasar menunjukkan harga CPOpernah mencapai level tertinggi USD1.200 per ton di awal 2011.

Kondisi serupa juga terjadi di komoditas karet. Harga komoditas karet terus melemah sepanjang 2014 sampai ke level terendah USD 1,6 per kg dibandingkan hargasepanjang2013yangmasih bertahan di level terendahnya USD2,5 per kg. Data pasar menunjukkan, harga karet pernah mencapai level tertinggi USD6,2 per kg pada Februari 2011.

“Dalam jangka pendek ini kami berhasil fokus pada optimalisasi produktivitas pabrik melalui peningkatan pembelian sawit dan karet dari petani, yang juga sekaligus membantu peningkatan ekonomi mereka. Kami akan melanjutkan upaya peningkatan produktivitas aset dan sustainability struktur permodalan yang tecermin di rasio utang yang sehat, mengacu ke best practice,” kata Andi.

Bibit Unggul

Melalui unit usaha kerja sama patungan PT ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia (“ASDBSP”), UNSP juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama. Bibit unggul ASD-BSP ini berpotensi menghasilkan hingga 40 ton tandan buah segar (TBS) per hektare dibandingkan dengan umumnya 25–30 ton TBS per hektare.

Direktur Utama UNSP M Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi fokus ke sustainable productivity akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang. “Kami menjadi semakin optimistis dalam jangka menengah danpanjang perseroan akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya.

Sudarsono
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1711 seconds (0.1#10.140)