Royal Dutch Shell Akuisisi BG Group
A
A
A
LONDON - Perusahaan energi Royal Dutch Shell kemarin mengumumkan akuisisi pesaing asal Inggris, BG Group, senilai USD70 miliar.
Akuisisi tersebut akan memperkuat posisi Shell saat sektor energi terpukul akibat penurunan harga minyak dunia. Kesepakatan secara tunai dan saham itu telah disetujui dewan BG. Perusahaan asal Inggris tersebut memiliki posisi kuat di sektor gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan nuklir.
”Perusahaan baru akan bernilai dua kali dari nilai BP dan mengalahkan raksasa energi Amerika Serikat (AS), Chevron Corp, sebagai kesepakatan terbesar di sektor itu dalam satu dekade,” papar laporan Bloomberg News . Harga saham BG yang rontok pada tahun lalu akibat penurunan harga minyak, segera menguat hampir 40% sebagai reaksi pengumuman berita kemarin.
”Dewan di Shell dan BF menyambut pengumuman bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah rekomendasi penawaran uang tunai dan saham yang diajukan Shell untuk semua saham yang diterbitkan,” papar pernyataan yang dikeluarkan grup Anglo- Dutch itu. Tawaran itu premium sekitar 50% dibandingkan harga saham penutupan BG pada Selasa (7/4) waktu setempat sehingga Shell memperkirakan nilai BG Group sebesar USD70 miliar.
”Hasilnya akan menjadi lebih kompetitif, perusahaan terkuat untuk kedua bagian pemegang saham di tengah gejolak harga minyak dunia,” ungkap Chairman Shell Jorma Ollila. ”Kita telah memiliki dua portofolio sangat kuat secara global di laut dalam dan gas yang terintegrasi,” kata Chief Executive Officer (CEO) Shell Ben van Beurden, dikutip kantor berita Reuters .
CEO BG Helge Lund menjelaskan, keuntungan menarik kembali pada para pemegang saham dan memiliki alasan strategis. ”Kekuatan dalam eksplorasi dan sejumlah proyek di laut dalam yang dimilik BG, akan menghasilkan kombinasi bagus dengan skala, pengembangan kepakaran dan kekuatan keuangan Shell,” ujarnya. Ini akan menjadi kesepakatan besar pertama bagi Lund, mantan CEO perusahaan energi Norwegia, Statoil, sejak dia memimpin BG awal tahun ini.
Akuisisi ini akan memperkuat cadangan gas dan minyak Shell hingga 25% dan menambah output hingga 20%. ”Kesepakatan ini juga memperkuat posisi dalam proyek-proyek gas dan minyak baru yang kompetitif, khususnya di Australia dan Brasil,” papar pernyataan Shell. Kesepakatan ini akan memberi Shell akses pada sejumlah proyek bernilai miliaran dolar di Brasil, Afrika Timur, Australia, Kazakstan, dan Mesir, termasuk beberapa proyek LNG paling ambisius di dunia.
Van Beurden menjelaskan, kehadiran dua perusahaan besar di Australia, Brasil, China dan Uni Eropa mungkin memerlukan pembahasan lebih lanjut bersama otoritas anti-monopoli. ”Kesepakatan antara Royal Dutch Shell dan BG Group akan mendorong konsolidasi di sektor tersebut,” ujar Marc Kimsey, trader senior di Accendo Markets. ”Penurunan harga minyak pada tahun lalu telah mengurangi sejumlah stok yang jelas sekarang terlihat menarik.
Pada tahun lalu saham BG turun 30%, dibandingkan dengan BP dan Royal Dutch Shell yang hanya turun 10% pada periode yang sama sehingga membuat posisi mereka menjadi predator, bukan mangsa.” Setelah pengumuman kemarin harga saham BG naik hingga 37% menjadi 1.250 pence di bursa saham London, di mana indeks FTSE 100 naik 0,48% menjadi 6.995,43 poin pada awal perdagangan. Saham-saham ”B” Shell yang digunakan untuk mendanai transaksi itu, turun 5,82% menjadi 2.080 pence.
”Sahamsaham Inggris diperdagangkan lebih tinggi, didorong konfirmasi bahwa Shell sepakat membeli BG Group,” kata Rebecca O’Keeffe, kepala investasi di broker saham Interactive Investor. ”Sebagai kesepakatan terbesar dalam sektor ini dalam 10 tahun, perusahaan ini akan menjadi perusahaan energi global terbesar kedua setelah Exxon dalam hal skala dan sumber daya.” Harga minyak mentah turun lebih dari 50% nilainya antara Juni lalu dan akhir Januari akibat suplai yang melimpah dari shale oil Amerika Serikat (AS) dan lemahnya permintaan global.
Kondisi itu membebani sejumlah perusahaan energi skala besar seperti Shell hingga mengurangi laba dan harga sahamnya, dan membuat mereka harus memangkas biaya operasional.
Syarifudin
Akuisisi tersebut akan memperkuat posisi Shell saat sektor energi terpukul akibat penurunan harga minyak dunia. Kesepakatan secara tunai dan saham itu telah disetujui dewan BG. Perusahaan asal Inggris tersebut memiliki posisi kuat di sektor gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan nuklir.
”Perusahaan baru akan bernilai dua kali dari nilai BP dan mengalahkan raksasa energi Amerika Serikat (AS), Chevron Corp, sebagai kesepakatan terbesar di sektor itu dalam satu dekade,” papar laporan Bloomberg News . Harga saham BG yang rontok pada tahun lalu akibat penurunan harga minyak, segera menguat hampir 40% sebagai reaksi pengumuman berita kemarin.
”Dewan di Shell dan BF menyambut pengumuman bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah rekomendasi penawaran uang tunai dan saham yang diajukan Shell untuk semua saham yang diterbitkan,” papar pernyataan yang dikeluarkan grup Anglo- Dutch itu. Tawaran itu premium sekitar 50% dibandingkan harga saham penutupan BG pada Selasa (7/4) waktu setempat sehingga Shell memperkirakan nilai BG Group sebesar USD70 miliar.
”Hasilnya akan menjadi lebih kompetitif, perusahaan terkuat untuk kedua bagian pemegang saham di tengah gejolak harga minyak dunia,” ungkap Chairman Shell Jorma Ollila. ”Kita telah memiliki dua portofolio sangat kuat secara global di laut dalam dan gas yang terintegrasi,” kata Chief Executive Officer (CEO) Shell Ben van Beurden, dikutip kantor berita Reuters .
CEO BG Helge Lund menjelaskan, keuntungan menarik kembali pada para pemegang saham dan memiliki alasan strategis. ”Kekuatan dalam eksplorasi dan sejumlah proyek di laut dalam yang dimilik BG, akan menghasilkan kombinasi bagus dengan skala, pengembangan kepakaran dan kekuatan keuangan Shell,” ujarnya. Ini akan menjadi kesepakatan besar pertama bagi Lund, mantan CEO perusahaan energi Norwegia, Statoil, sejak dia memimpin BG awal tahun ini.
Akuisisi ini akan memperkuat cadangan gas dan minyak Shell hingga 25% dan menambah output hingga 20%. ”Kesepakatan ini juga memperkuat posisi dalam proyek-proyek gas dan minyak baru yang kompetitif, khususnya di Australia dan Brasil,” papar pernyataan Shell. Kesepakatan ini akan memberi Shell akses pada sejumlah proyek bernilai miliaran dolar di Brasil, Afrika Timur, Australia, Kazakstan, dan Mesir, termasuk beberapa proyek LNG paling ambisius di dunia.
Van Beurden menjelaskan, kehadiran dua perusahaan besar di Australia, Brasil, China dan Uni Eropa mungkin memerlukan pembahasan lebih lanjut bersama otoritas anti-monopoli. ”Kesepakatan antara Royal Dutch Shell dan BG Group akan mendorong konsolidasi di sektor tersebut,” ujar Marc Kimsey, trader senior di Accendo Markets. ”Penurunan harga minyak pada tahun lalu telah mengurangi sejumlah stok yang jelas sekarang terlihat menarik.
Pada tahun lalu saham BG turun 30%, dibandingkan dengan BP dan Royal Dutch Shell yang hanya turun 10% pada periode yang sama sehingga membuat posisi mereka menjadi predator, bukan mangsa.” Setelah pengumuman kemarin harga saham BG naik hingga 37% menjadi 1.250 pence di bursa saham London, di mana indeks FTSE 100 naik 0,48% menjadi 6.995,43 poin pada awal perdagangan. Saham-saham ”B” Shell yang digunakan untuk mendanai transaksi itu, turun 5,82% menjadi 2.080 pence.
”Sahamsaham Inggris diperdagangkan lebih tinggi, didorong konfirmasi bahwa Shell sepakat membeli BG Group,” kata Rebecca O’Keeffe, kepala investasi di broker saham Interactive Investor. ”Sebagai kesepakatan terbesar dalam sektor ini dalam 10 tahun, perusahaan ini akan menjadi perusahaan energi global terbesar kedua setelah Exxon dalam hal skala dan sumber daya.” Harga minyak mentah turun lebih dari 50% nilainya antara Juni lalu dan akhir Januari akibat suplai yang melimpah dari shale oil Amerika Serikat (AS) dan lemahnya permintaan global.
Kondisi itu membebani sejumlah perusahaan energi skala besar seperti Shell hingga mengurangi laba dan harga sahamnya, dan membuat mereka harus memangkas biaya operasional.
Syarifudin
(ars)