Perdagangan China Melemah

Selasa, 14 April 2015 - 10:49 WIB
Perdagangan China Melemah
Perdagangan China Melemah
A A A
BEIJING - China mengalami penurunan perdagangan pada Maret. Pengumuman ini dirilis menjelang laporan data produk domestik bruto (PDB) yang diperkirakan menunjukkan ekonomi yang terus melemah.

“Ekspor turun 15% pada Maret menjadi USD144,57 miliar dan impor turun 12,7% menjadi USD141,49 miliar,” ungkap Departemen Bea Cukai China, dikutip kantor berita AFP. Surplus perdagangan bulanan turun 60% menjadi USD3,08 miliar. Penurunan ekspor bertolak belakang dengan perkiraan para ekonom dalam Survei Bloomberg News yang memproyeksikan peningkatan 9%.

Survei memperkirakan surplus perdagangan USD40,1 miliar. Juru bicara Departemen Bea Cukai China Huang Songping menyebut penurunan ekspor terjadi saat sejumlah pabrik meningkatkan pengiriman menjelang dimulainya liburan Tahun Baru Imlek tahun ini. Dia menyatakan, dampak musiman penurunan hanya 4,8%. “Permintaan pasar internasional turun dan pesanan ekspor melemah. Biaya secara umum tinggi sehingga daya saing menurun,” ujarnya.

Adapun, dia menyebut penyebab penurunan impor adalahpenurunan harga komoditas dan penurunan pertumbuhan domestik. “Pada kuartal I/2015, total nilai impor China turun 9,8% year on year (yoy), dengan komoditas utama seperti bijih besi, minyak mentah, dan minyak hasil pemrosesan turun masing-masing 45%, 46,8% dan 38,7%,” kata Huang.

Data ini muncul hanya dua hari sebelum China mengumumkan data pertumbuhan ekonomi untuk kuartal I/2015, dengan survei oleh AFP memproyeksikan pertumbuhan 6,9%. Ini penurunan tajam dari 7,3% pada kuartal IV/2014 dan terburuk sejak Januari- Februari 2009, di puncak krisis keuangan global. Pertumbuhan melemah menjadi 7,4% pada 2014, paling lemah dalam 24 tahun dan penurunan tampaknya terus terjadi tahun ini saat sejumlah indikator termasuk produksi industri, belanja konsumen, dan investasi aset tetap turun.

“Data ekspor yang sangat lemah pada Maret dipengaruhi oleh dampak pengiriman di awal menjelang TahunBaru Chinapada Februari, kinerja perdagangan secara keseluruhanpada kuartalI/2015 tetap lemah,” ungkap ekonom ANZ Liu Li-Gang dan Zhou Hao menyoroti data terbaru tersebut. “Data impor yang sangat lemah menunjukkan permintaan domestik terus turun.”

Pemerintah bulan lalu menurunkan target resmi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini menjadi sekitar 7%. Pemerintah juga memangkas target pertumbuhan perdagangan menjadi sekitar 6% dari target 7,5% yang ditetapkan untuk tahun lalu. Perdagangan tumbuh 3,4% pada 2014, tahun ketiga saat target tahunan tidak tercapai akibat melemahnya permintaan asing dan domestik.

Huang menjelaskan, pemerintah menghadapi sejumlah permasalahan rumit dan kompleks.“Kita perlu meningkatkan kerja keras untuk mencapai target pertumbuhan perdagangan tahun ini,” ujarnya. Pemerintah China berupaya menyeimbangkan kembali perekonomian dengan mengandalkan pertumbuhan yang didorong oleh permintaan konsumen.

Meski demikian, pemerintah harus memastikan perekonomian tidak terlalu lemah sehingga pertumbuhan lapangan kerja tidak melemah. Untuk menunjukkan tekad mendorong perekonomian, otoritas China menggunakan kebijakan moneter untuk memulihkan pertumbuhan. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) awal tahun ini memangkas suku bunga untuk kedua kali dalam tiga bulan dan mengurangi reserve requirement ratio (RRR) untuk pertama kali sejak Mei 2012.

RRR merupakan rasio yang harus disimpan perbankan. Para ekonom Nomura menyatakan, Pemerintah China tampaknya akan melakukan lebih banyak kebijakan moneter semacam itu. “Kami juga terus memperkirakan kebijakan dana murah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” paparnya. Mereka memprediksi, Pemerintah China akan kembali memangkas suku bunga dan RRR pada tahun ini.

Proyeksi kebijakan stimulus selanjutnya oleh China memperkuat pasar saham pada tahun lalu dan kemarin, pasar saham terus menguat. Indeks saham gabungan Shanghai naik 1,6% pada perdagangan siang kemarin. Pada kuartal I/2015 surplus perdagangan China menguat lebih dari 600% menjadi USD123,7 miliar. ekspor naik 4,7% menjadi USD513,93 miliar dan impor turun 17,6% menjadi USD390,23 miliar.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0716 seconds (0.1#10.140)