Laba Bersih BNI Tumbuh 17,7%
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat laba bersih kuartal I/2015 sebesar Rp2,82 triliun, tumbuh 17,7% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,39 triliun.
Kenaikan laba bersih ini ditopang kinerja pada berbagai segmen bisnis yang menjadi sumber pendapatan bunga bersih maupun pendapatan non-nunga. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, perseroan mencetak kinerja positif meski terjadi perlambatan ekonomi. Ini terlihat dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 15,3%, dari Rp5,29 triliun menjadi Rp6,10 triliun di tahun ini.
Sementara, pendapatan nonbunga juga turut naik 23,8% dari Rp2,37 triliun menjadi Rp2,94 triliun. ” Laba kami naik karena pertumbuhan kredit 9,1% menjadi Rp269,5 triliun,” ucap Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta kemarin. Dia memaparkan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit segmen menengah yang tumbuh 27,0%. Adapun, komposisi kredit yang telah diberikan adalah segmen korporasi 27,1%; BUMN 15,1%; usaha menengah 14,6%; usaha kecil 14,1%; kredit konsumer 19,5% (KPR, kartu kredit, dan kredit konsumer lainnya); dan pembiayaan perusahaan anak dan internasional 9,6%.
Khusus kredit infrastruktur, lanjut Baiquni, BNI telah menyalurkan pembiayaan infrastruktur sebesar Rp48,5 triliun, yang disalurkan untuk proyek infrastruktur telekomunikasi, jalan tol & konstruksi, kelistrikan, transportasi dan minyak & gas. Menurut dia, pertumbuhan kredit ini didukung dengan tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat di level 17,8% atau naik dari 15,6% pada periode sebelumnya. Sementara, dana pihak ketiga(DPK) jugatumbuh11,4% dari Rp273,97 triliun menjadi Rp305,15 triliun.
Sementara, total aset tumbuh 9,6% dari Rp371,46 triliun menjadi Rp407,22triliun. Namun, beban operasional juga terpaksa naik 22,7% dari Rp3,45 triliun menjadi Rp4,23 triliun.” DPK masih dikuasai dana murah mencapai 63%. Ini karena peningkatan produk dan layanan outlet dan ATM,” ujarnya. Adapun, rasio keuangan lainnya yang tercatat positif seperti rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,8%.
Rasio kredit bermasalah (NPL gross ) berhasil turun dari 2,3% menjadi 2,1% di tahun ini. Margin bunga bersih (NIM) juga naik dari 6,1% menjadi 6,5%, rasio kredit terhadap DPK (LDR) membaik dari 88,4% menjadi 87,8%, return on equity di level 23,1%, return on asset 3,6%. Adapun, pendapatan nonbunga berasal dari pendapatan fee income premi asuransi, transaksi ATM, dana pensiun, bill payment & payment point online bank (PPOB), bancassurance, dan bisnis kartu.
Adapun, porsi kredit korporasi mencapai 27,1%, BUMN 15,1%, kredit menengah 14,6%, usaha kecil 14,1%, kredit konsumer 19,5%. Sementara, PT Bank BNI Syariah, anak usaha Bank BNI, pada kuartal I/2015 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp45,66 miliar atau meningkat sekitar 32,3% dari periode yang sama tahun sebelum dari Rp34,5 miliar. Peningkatan laba bersih didorong oleh kenaikan pembiayaan sebesar 28,7% menjadi Rp15,6 triliun dari Rp12,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano mengatakan, dari total pembiayaan sebesar Rp15,7 triliun, sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler yang meliputi pembiayaan konsumtif 53,10%, di mana dominasinya 83,88% adalah pembiayaan Griya iB Hasanah dan pembiayaan produktif UMKM 21,46%.
”Kemudian disusul pembiayaan komersial 16,42%, pembiayaan mikro 6,68%, dan pembiayaan Hasanah Card 2,34%,” kata Dinno saat konferensi pers paparan kinerja kuartal I/2015 Bank BNI Syariah di Jakarta kemarin. Aset juga mengalami peningkatan sebesar 31,35% menjadi Rp20,5 triliun dari Rp15,6 triliun. Menurut dia, peningkatan aset juga didorong oleh pertumbuhan pembiayaan dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp17,4 triliun atau naik 38,1% dari DPK periode tahun sebelumnya sebesar Rp12,6 triliun.
Dinno mengungkapkan, dana murah perseroan paling besar dikontribusi oleh deposito sebesar Rp9,7 triliun. Sementara, tabungan sekitar Rp6,12 triliun, giro sebesar Rp1,58 triliun, dan dana bank sekitar Rp661,3 miliar. ” Dana murah kami meningkat sebesar 38,13% dari tahun sebelumnya atau tumbuh Rp4,81 triliun dengan rasio tabungan dan giro (CASA) sebesar 44,22%,” paparnya.
Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah Imam T Saptono menambahkan, pencapaian kinerja pada kuartal I/2015 tetap memperhatikan kualitas pembiayaan, di mana non performing financing (NPF/kredit bermasalah) sebesar 2,22%. ”Walaupun tahun 2015 belum menunjukkan perbaikan yang cukup berarti karena dipengaruhi global, tahun ini ini dibuka dengan cukup baik. Untuk itu, kami optimistis tahun ini target kita berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) dapat tercapai,” tukas dia.
Menurut Imam, apabila kondisi makro membaik paling tidak anak usaha BNI ini bisa membukukan pertumbuhan sekitar 50% dari target. Sedangkan untuk pembiayaan, perseroan mengincar pertumbuhan sekitar 25% serta fee based income di kisaran 10- 15%. Di sisi lain, tahun ini BNI syariah juga akan fokus pada pembiayaan konsumer, di mana pembiayaan konsumer BNI syariah sekitar 90% dalam bentuk griya rumah pertama.
Hafid fuad/ kunthi fahmar sandy
Kenaikan laba bersih ini ditopang kinerja pada berbagai segmen bisnis yang menjadi sumber pendapatan bunga bersih maupun pendapatan non-nunga. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, perseroan mencetak kinerja positif meski terjadi perlambatan ekonomi. Ini terlihat dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 15,3%, dari Rp5,29 triliun menjadi Rp6,10 triliun di tahun ini.
Sementara, pendapatan nonbunga juga turut naik 23,8% dari Rp2,37 triliun menjadi Rp2,94 triliun. ” Laba kami naik karena pertumbuhan kredit 9,1% menjadi Rp269,5 triliun,” ucap Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta kemarin. Dia memaparkan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit segmen menengah yang tumbuh 27,0%. Adapun, komposisi kredit yang telah diberikan adalah segmen korporasi 27,1%; BUMN 15,1%; usaha menengah 14,6%; usaha kecil 14,1%; kredit konsumer 19,5% (KPR, kartu kredit, dan kredit konsumer lainnya); dan pembiayaan perusahaan anak dan internasional 9,6%.
Khusus kredit infrastruktur, lanjut Baiquni, BNI telah menyalurkan pembiayaan infrastruktur sebesar Rp48,5 triliun, yang disalurkan untuk proyek infrastruktur telekomunikasi, jalan tol & konstruksi, kelistrikan, transportasi dan minyak & gas. Menurut dia, pertumbuhan kredit ini didukung dengan tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat di level 17,8% atau naik dari 15,6% pada periode sebelumnya. Sementara, dana pihak ketiga(DPK) jugatumbuh11,4% dari Rp273,97 triliun menjadi Rp305,15 triliun.
Sementara, total aset tumbuh 9,6% dari Rp371,46 triliun menjadi Rp407,22triliun. Namun, beban operasional juga terpaksa naik 22,7% dari Rp3,45 triliun menjadi Rp4,23 triliun.” DPK masih dikuasai dana murah mencapai 63%. Ini karena peningkatan produk dan layanan outlet dan ATM,” ujarnya. Adapun, rasio keuangan lainnya yang tercatat positif seperti rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,8%.
Rasio kredit bermasalah (NPL gross ) berhasil turun dari 2,3% menjadi 2,1% di tahun ini. Margin bunga bersih (NIM) juga naik dari 6,1% menjadi 6,5%, rasio kredit terhadap DPK (LDR) membaik dari 88,4% menjadi 87,8%, return on equity di level 23,1%, return on asset 3,6%. Adapun, pendapatan nonbunga berasal dari pendapatan fee income premi asuransi, transaksi ATM, dana pensiun, bill payment & payment point online bank (PPOB), bancassurance, dan bisnis kartu.
Adapun, porsi kredit korporasi mencapai 27,1%, BUMN 15,1%, kredit menengah 14,6%, usaha kecil 14,1%, kredit konsumer 19,5%. Sementara, PT Bank BNI Syariah, anak usaha Bank BNI, pada kuartal I/2015 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp45,66 miliar atau meningkat sekitar 32,3% dari periode yang sama tahun sebelum dari Rp34,5 miliar. Peningkatan laba bersih didorong oleh kenaikan pembiayaan sebesar 28,7% menjadi Rp15,6 triliun dari Rp12,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano mengatakan, dari total pembiayaan sebesar Rp15,7 triliun, sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler yang meliputi pembiayaan konsumtif 53,10%, di mana dominasinya 83,88% adalah pembiayaan Griya iB Hasanah dan pembiayaan produktif UMKM 21,46%.
”Kemudian disusul pembiayaan komersial 16,42%, pembiayaan mikro 6,68%, dan pembiayaan Hasanah Card 2,34%,” kata Dinno saat konferensi pers paparan kinerja kuartal I/2015 Bank BNI Syariah di Jakarta kemarin. Aset juga mengalami peningkatan sebesar 31,35% menjadi Rp20,5 triliun dari Rp15,6 triliun. Menurut dia, peningkatan aset juga didorong oleh pertumbuhan pembiayaan dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp17,4 triliun atau naik 38,1% dari DPK periode tahun sebelumnya sebesar Rp12,6 triliun.
Dinno mengungkapkan, dana murah perseroan paling besar dikontribusi oleh deposito sebesar Rp9,7 triliun. Sementara, tabungan sekitar Rp6,12 triliun, giro sebesar Rp1,58 triliun, dan dana bank sekitar Rp661,3 miliar. ” Dana murah kami meningkat sebesar 38,13% dari tahun sebelumnya atau tumbuh Rp4,81 triliun dengan rasio tabungan dan giro (CASA) sebesar 44,22%,” paparnya.
Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah Imam T Saptono menambahkan, pencapaian kinerja pada kuartal I/2015 tetap memperhatikan kualitas pembiayaan, di mana non performing financing (NPF/kredit bermasalah) sebesar 2,22%. ”Walaupun tahun 2015 belum menunjukkan perbaikan yang cukup berarti karena dipengaruhi global, tahun ini ini dibuka dengan cukup baik. Untuk itu, kami optimistis tahun ini target kita berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) dapat tercapai,” tukas dia.
Menurut Imam, apabila kondisi makro membaik paling tidak anak usaha BNI ini bisa membukukan pertumbuhan sekitar 50% dari target. Sedangkan untuk pembiayaan, perseroan mengincar pertumbuhan sekitar 25% serta fee based income di kisaran 10- 15%. Di sisi lain, tahun ini BNI syariah juga akan fokus pada pembiayaan konsumer, di mana pembiayaan konsumer BNI syariah sekitar 90% dalam bentuk griya rumah pertama.
Hafid fuad/ kunthi fahmar sandy
(ars)