Afrika Inginkan Keseimbangan Perdagangan
A
A
A
BANDUNG - Negara-negara di kawasan Afrika mengharapkan perdagangan yang lebih seimbang antara Asia dan Afrika. Agenda transformasi ekonomi di Afrika juga menjadi peluang untuk memperdalam kerja sama antarnegara di dua benua.
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengatakan, dalam 30 tahun terakhir arus perdagangan antara dua kawasan yaitu Asia dan Afrika memang meningkat pesat. Namun, kondisinya masih belum seimbang. Pada 2013 ekspor Asia ke Afrika mencapai 26% dari total ekspor Asia ke dunia, jauh lebih besar dari ekspor Afrika ke Asia yang hanya 3% dari total ekspor Afrika ke dunia.
Karena itu, Mugabe mengharapkan ada solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika guna mencapai keseimbangan ekonomi dan kesejahteraan negara-negara di dua benua. ”Kita harus berjuang bersama untuk memperbaiki kondisi (ketidakseimbangan) yang berkelanjutan ini,” ujar Mugabe saat berpidato di acara puncak Peringatan Ke-60 Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, Jumat (24/4).
Mugabe yang didaulat sebagai perwakilan Afrika di acara Peringatan Ke-60 Konferensi Asia-Afrika itu mengakui negara- negara di Benua Hitam itu masih tertinggal perekonomiannya dibanding negara-negara di Asia. Ekspor negara-negara Afrika juga masih didominasi bahan mentah alias komoditas primer. Sebaliknya, impornya didominasi manufaktur dan barang jadi.
Menurut Mugabe, negaranegara Afrika telah memutuskan untuk mentransformasi ekonomi melalui berbagai program dan proyek industrialisasi guna mengolah kekayaan sumber daya alam menjadi produkproduk bernilai tambah. Mugabe menambahkan, negara- negara Afrika juga berkomitmen meningkatkan integrasi benua melalui pembangunan, rehabilitasi, termasuk perbaikan transportasi, energi, telekomunikasi, daninfrastrukturlainnya.
Kendati demikian, Mugabe menegaskan, kerja sama yang dijalin hendaknya tidak melulu kepentingan ekonomi dan perdagangan, melainkan juga solidaritas Asia-Afrika yang dilandasi interaksi antarmasyarakatnya. ”Agenda Bandung 1955 ini mampu mendorong perdamaian, persamaan derajat di antara negara-negara, dan memperkuat kerja sama ekonomi di antara negara Asia dan Afrika,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo mengatakan, negara-negara Asia dan Afrika harus bahu-membahu meningkatkan kemakmuran rakyat melalui kerja sama ekonomi dan perdagangan. ”Kita harus bahu-membahu supaya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa maju di belahan dunia yang lain,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariadi Sukamdani mengatakan, untuk mencapai keseimbangan ekonomi dan perdagangan antara negara Asia dan Afrika diperlukan komitmen serius dari dua belah pihak. ”Kita tahu bahwa saat ini Afrika masih tertinggal dari Asia sehingga dari Asia perlu komitmen juga untuk mau masuk ke Afrika,” sebutnya kepada KORAN SINDO .
Menurut Hariadi, keinginan meningkatkan perdagangan relatif tidak begitu sulit karen atinggal menyesuaikan kebutuhan atau permintaan barang untuk kemudian dipasok. Namun, untuk memajukan ekonomi di Afrikabutuhinvestasidanindustri bernilai tambah tinggi. Di lain pihak, upaya Afrika menarik investor masih dihadapkan pada masalah klasik seperti di Indonesia misalnya infrastruktur yang tidak menunjang.
Di sisi lain, investor juga mempertanyakan masalah keamanan di beberapa negara Afrika yang masih belum kondusif. ”Bangsabangsa di Afrika harus bergotong- royong. Semua arahnya kan ingin sejahtera,” ujarnya.
Inda susanti / kunti fahmarsandy
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengatakan, dalam 30 tahun terakhir arus perdagangan antara dua kawasan yaitu Asia dan Afrika memang meningkat pesat. Namun, kondisinya masih belum seimbang. Pada 2013 ekspor Asia ke Afrika mencapai 26% dari total ekspor Asia ke dunia, jauh lebih besar dari ekspor Afrika ke Asia yang hanya 3% dari total ekspor Afrika ke dunia.
Karena itu, Mugabe mengharapkan ada solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika guna mencapai keseimbangan ekonomi dan kesejahteraan negara-negara di dua benua. ”Kita harus berjuang bersama untuk memperbaiki kondisi (ketidakseimbangan) yang berkelanjutan ini,” ujar Mugabe saat berpidato di acara puncak Peringatan Ke-60 Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, Jumat (24/4).
Mugabe yang didaulat sebagai perwakilan Afrika di acara Peringatan Ke-60 Konferensi Asia-Afrika itu mengakui negara- negara di Benua Hitam itu masih tertinggal perekonomiannya dibanding negara-negara di Asia. Ekspor negara-negara Afrika juga masih didominasi bahan mentah alias komoditas primer. Sebaliknya, impornya didominasi manufaktur dan barang jadi.
Menurut Mugabe, negaranegara Afrika telah memutuskan untuk mentransformasi ekonomi melalui berbagai program dan proyek industrialisasi guna mengolah kekayaan sumber daya alam menjadi produkproduk bernilai tambah. Mugabe menambahkan, negara- negara Afrika juga berkomitmen meningkatkan integrasi benua melalui pembangunan, rehabilitasi, termasuk perbaikan transportasi, energi, telekomunikasi, daninfrastrukturlainnya.
Kendati demikian, Mugabe menegaskan, kerja sama yang dijalin hendaknya tidak melulu kepentingan ekonomi dan perdagangan, melainkan juga solidaritas Asia-Afrika yang dilandasi interaksi antarmasyarakatnya. ”Agenda Bandung 1955 ini mampu mendorong perdamaian, persamaan derajat di antara negara-negara, dan memperkuat kerja sama ekonomi di antara negara Asia dan Afrika,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo mengatakan, negara-negara Asia dan Afrika harus bahu-membahu meningkatkan kemakmuran rakyat melalui kerja sama ekonomi dan perdagangan. ”Kita harus bahu-membahu supaya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa maju di belahan dunia yang lain,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariadi Sukamdani mengatakan, untuk mencapai keseimbangan ekonomi dan perdagangan antara negara Asia dan Afrika diperlukan komitmen serius dari dua belah pihak. ”Kita tahu bahwa saat ini Afrika masih tertinggal dari Asia sehingga dari Asia perlu komitmen juga untuk mau masuk ke Afrika,” sebutnya kepada KORAN SINDO .
Menurut Hariadi, keinginan meningkatkan perdagangan relatif tidak begitu sulit karen atinggal menyesuaikan kebutuhan atau permintaan barang untuk kemudian dipasok. Namun, untuk memajukan ekonomi di Afrikabutuhinvestasidanindustri bernilai tambah tinggi. Di lain pihak, upaya Afrika menarik investor masih dihadapkan pada masalah klasik seperti di Indonesia misalnya infrastruktur yang tidak menunjang.
Di sisi lain, investor juga mempertanyakan masalah keamanan di beberapa negara Afrika yang masih belum kondusif. ”Bangsabangsa di Afrika harus bergotong- royong. Semua arahnya kan ingin sejahtera,” ujarnya.
Inda susanti / kunti fahmarsandy
(ars)