Ekonomi Indonesia Melambat Likuiditas Perbankan Merosot
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2015 diperkirakan ikut menekan likuiditas perbankan sehingga merosot. Dia memandang, dampak perlambatan pertumbuhan perekonomian dalam tiga bulan pertama tahun ini terhadap kondisi likuiditas cukup serius.
"Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,2% pada 2015, potensi peningkatan likuiditas perbankan menurun dari Rp600 triliun menjadi Rp485 triliun," ujar Anggito dalam paparan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 dan dampaknya pada perekonomian Indonesia di Gedung BRI, Jakarta, Senin (27/6/2015).
Dia menjelaskan, dengan penurunan tersebut potensi pengetatan likuiditas pada tahun ini masih akan terjadi. Implikasi perlambatan ekonomi bagi dunia perbankan, yaitu turunnya likuiditas bank di pasar uang yang menunjukan likuiditas semakin ketat.
Menurut Anggito, jika pertumbuhan ekonomi nasional berada di level 5,7%, sebenarnya ada potensi dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp600 triliun yang telah sesuai dengan APBN-P 2015. Namun, jika dilihat pada kuartal I/2015, yang hanya sebesar Rp485 triliun dan tidak ada perbaikan maka ada potensi DPK turun dengan rasio menabung 50%.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat menyebabkan kegiatan ekonomi juga ikut turun, sehingga permintaan untuk menabung turun. Untuk itu, industri perbankan harus bisa menarik dan menyalurkan sektor rill.
"Untuk proyeksi kredit perbankan ada aturan tidak tertulisnya. Di mana pertumbuhan kredit tiga kali pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi 5% maka pertumbuhan kredit 15%, ini masih dalam range OJK di angka 15-17%, tapi berada di batas bawahnya," tandas Anggito.
"Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,2% pada 2015, potensi peningkatan likuiditas perbankan menurun dari Rp600 triliun menjadi Rp485 triliun," ujar Anggito dalam paparan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 dan dampaknya pada perekonomian Indonesia di Gedung BRI, Jakarta, Senin (27/6/2015).
Dia menjelaskan, dengan penurunan tersebut potensi pengetatan likuiditas pada tahun ini masih akan terjadi. Implikasi perlambatan ekonomi bagi dunia perbankan, yaitu turunnya likuiditas bank di pasar uang yang menunjukan likuiditas semakin ketat.
Menurut Anggito, jika pertumbuhan ekonomi nasional berada di level 5,7%, sebenarnya ada potensi dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp600 triliun yang telah sesuai dengan APBN-P 2015. Namun, jika dilihat pada kuartal I/2015, yang hanya sebesar Rp485 triliun dan tidak ada perbaikan maka ada potensi DPK turun dengan rasio menabung 50%.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat menyebabkan kegiatan ekonomi juga ikut turun, sehingga permintaan untuk menabung turun. Untuk itu, industri perbankan harus bisa menarik dan menyalurkan sektor rill.
"Untuk proyeksi kredit perbankan ada aturan tidak tertulisnya. Di mana pertumbuhan kredit tiga kali pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi 5% maka pertumbuhan kredit 15%, ini masih dalam range OJK di angka 15-17%, tapi berada di batas bawahnya," tandas Anggito.
(dmd)