Alasan Bambang Jadi Menkeu Harus Konservatif
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, pasca dirinya menjadi seorang menkeu, banyak yang menilai kalau dia lebih konservatif. Hal itu dilakukan agar Indonesia tidak seperti Yunani.
Pasalnya, Yunani sempat mengalami krisis dan harus membayar utang sangat besar jumlahnya kepada IMF. Tak hanya itu, Yunani juga harus membayar utang ke Bank Eropa.
"Ya saya dibilang, Menkeu kok konservatif, tapi memang duduk di posisi menkeu itu harus menjadi konservatif untuk menjaga stabilitas keuangan Indonesia. Kita tidak mau Indonesia mengalami krisis seperti Yunani yang saat itu pemerintahannya kelimpungan karena harus membayar utang sangat besar ke IMF dan Bank Eropa," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Menurutnya, utang yang besar itu karena pengelolaan anggaran di Yunani sangat mudah. Negara tersebut sangat loyal untuk melakukan spending.
"Sehingga, budget defisitnya sampai 8% dari PDB. Selain itu, mereka bisa dengan mudah keluarkan surat utang ke market. Nah saat ada masalah ekonomi negaranya, surat utang enggak laku, bangkrut dan perlu pinjaman besar," jelas dia.
Pada pemilu Yunani, partai yang selama ini kooperatif terhadap IMF dan eropa malah kalah dengan partai radikal dan say no terhadap pengaruh asing.
"Akhirnya, presiden dan wapresnya sekarang haruss membayar utang ke IMF dan Eropa. Itu mau enggak mau, karena kalau tidak bayar utang, negara mereka akan bangkrut," terang Bambang.
Hal tersebut gambarang nyata suatu negara jika keuangannya tidak dijaga dengan baik. Jika Indonesia tidak berhati-hati, maka posisinya akan sama seperti pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi.
"Maka, kita harus berkewajiban menjaga keberlanjutan ekonomi kita. Pelan-pelan harus mengarungi utang. Jangan terlalu besar. Kalau utang kita besar, dampaknya akan membahayakan Indonesia," pungkas dia.
Pasalnya, Yunani sempat mengalami krisis dan harus membayar utang sangat besar jumlahnya kepada IMF. Tak hanya itu, Yunani juga harus membayar utang ke Bank Eropa.
"Ya saya dibilang, Menkeu kok konservatif, tapi memang duduk di posisi menkeu itu harus menjadi konservatif untuk menjaga stabilitas keuangan Indonesia. Kita tidak mau Indonesia mengalami krisis seperti Yunani yang saat itu pemerintahannya kelimpungan karena harus membayar utang sangat besar ke IMF dan Bank Eropa," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Menurutnya, utang yang besar itu karena pengelolaan anggaran di Yunani sangat mudah. Negara tersebut sangat loyal untuk melakukan spending.
"Sehingga, budget defisitnya sampai 8% dari PDB. Selain itu, mereka bisa dengan mudah keluarkan surat utang ke market. Nah saat ada masalah ekonomi negaranya, surat utang enggak laku, bangkrut dan perlu pinjaman besar," jelas dia.
Pada pemilu Yunani, partai yang selama ini kooperatif terhadap IMF dan eropa malah kalah dengan partai radikal dan say no terhadap pengaruh asing.
"Akhirnya, presiden dan wapresnya sekarang haruss membayar utang ke IMF dan Eropa. Itu mau enggak mau, karena kalau tidak bayar utang, negara mereka akan bangkrut," terang Bambang.
Hal tersebut gambarang nyata suatu negara jika keuangannya tidak dijaga dengan baik. Jika Indonesia tidak berhati-hati, maka posisinya akan sama seperti pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi.
"Maka, kita harus berkewajiban menjaga keberlanjutan ekonomi kita. Pelan-pelan harus mengarungi utang. Jangan terlalu besar. Kalau utang kita besar, dampaknya akan membahayakan Indonesia," pungkas dia.
(izz)