Industri Properti Melambat

Senin, 04 Mei 2015 - 12:27 WIB
Industri Properti Melambat
Industri Properti Melambat
A A A
JAKARTA - Real Estat Indonesia (REI) mencatat ada penurunan penjualan properti periode Januari- Maret 2015 hingga 50%. Penurunan penjualan ini terutama disebabkan kondisi ekonomi yang melambat.

”Hingga kuartal I tahun ini penjualan properti turun 50%. Ini terjadi karena ada pelemahan ekonomi. Bunga (KPR) juga masih tinggi,” kata Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy saat pembukaan REI Expo 2015 di Jakarta, akhir pekan lalu. Eddy mengatakan, akibat penurunan penjualan di tiga bulan pertama tahun ini, REI juga menurunkan target penjualan yang semula diharapkan naik 17% menjadi hanya tumbuh 10%.

”Kami tidak berani menetapkan target terlalu tinggi sehingga mengikuti kondisi ekonomi saja. Target pertumbuhan 10% dari realisasi tahun lalu,” kata dia. Menurut Eddy, dengan kondisi saat ini, sudah sepantasnya pemangku kebijakan mengkaji kembali aturan terkait pemilikan rumah. ”Tentu kalau ada pelonggaran LTV (loan to value ), akan sangat membantu,” sambung dia.

Sejumlah pengamat juga memprediksi bahwa industri properti di Indonesia pada 2015 akan memasuki fase perlambatan. Namun, pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, pasar properti diprediksi akan memasuki siklus baru pada 2016 dengan tren kenaikan.

”Kita baru saja melewati pemilu di akhir tahun 2014 dan dampaknya terasa sekarang. Konsumen kebanyakan wait and see. Tapi, memasuki siklus baru tren kenaikan ada lima hal yang perlu ditandai,” ujar dia belum lama ini.

Lima hal tersebut ialah, pertama , suku bunga acuan BI yang turun dari 7,75% menjadi 7,5% telah diprediksi sebelumnya dan diperkirakan akan terus mengikuti tren menurun sampai akhir 2015. Penurunan ini akan membuat daya beli sedikit terdongrak menyusul tren penurunan suku bunga KPR.

Kedua, pengembang mulai melakukan strategi yang lebih ”membumi” dengan membuat produk-produk yang ”masuk akal” menyasar segmen menengah setelah sebelumnya lebih banyak meluncurkan properti mewah. Ketiga , fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdasarkan analisis IPW merupakan kondisi market shock sesaat dan tidak menggambarkan buruknya fundamental Indonesia.

Keempat , kondisi masuknya arus investasi dari Asia-Pasifik khususnya ke industri akan memberikan dampak positif bagi pergerakan sektor riil. Terakhir adalah program sejuta rumah daripemerintah dengan beberapa kebijakan yang prorakyat seharusnya akan memberikan stimulus bagi percepatan pasar rumah di segmen bawah.

”Melihat tren pergerakan indikator ekonomi yang ada, tidak menutup kemungkinan akhir 2015 pasar akan mulai bergerak memasuki fase siklus baru dengan tren kenaikan,” tutup dia. Sementara itu, pameran properti REI Expo 2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center pada 2-10 Mei 2015 ditargetkan bisa mencapai transaksi sekitar Rp3 triliun.

Eddy mengatakan, target transaksi tersebut tak jauh berbeda dengan pelaksanaan REI tahun sebelumnya dengan jumlah transaksi berada pada kisaran Rp3 triliun. ”Kali ini target kita minimal masih sama dengan tahun lalu yakni Rp3 triliun. Properti tahun ini juga masih agak melambat sehingga target maksimal kita prediksi masih sama dengan tahun lalu,” ujarnya.

Dia menjelaskan, pameran kali ini diikuti 150 pengembang terkemuka dengan menawarkan properti hunian dan niaga pada 175 lokasi proyek yang tersebar di berbagai kota Indonesia. ”Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Rp120 juta per unit. Kisaran lokasi juga sangat luas, dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga di luar kota Jakarta seperti Balikpapan, Batam, Lombok, dan sebagainya,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Konsumer Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Anggoro Eko Cahyo mengatakan, BNI akan terus berkomitmen dalam mendukung perkembangan Industri properti di Indonesia. BNI untuk ke-lima kalinya telah menjadi official bank dalam perhelatan pameran properti terbesar di Indonesia REI Expo.

”Dengan komitmen sebagai bank penyedia KPR bagi masyarakat, BNI dengan produk KPR BNI Griya senantiasa mendukung perkembangan industri properti di Indonesia melalui berbagai kemudahan fasilitas kredit dalam membantu semua segmen masyarakat memiliki rumah idaman mereka,” sebutnya.

Tahun ini BNI menawarkan pembelian perumahan kepada konsumen melalui program suku bunga 9% per tahun dengan masa efektif fixed 1 tahun. Selain itu, suku bunga 9,25% efektif fixed 2 tahun, biaya provisi 0n5%, serta bebas biaya administrasi.

Program tersebut berlaku untuk berbagai tujuan kredit di antaranya pembelian rumah, pembelian apartemen, pembelian ruko atau rukan baru pada developer yang bekerja sama dengan BNI.

Ichsan amin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6114 seconds (0.1#10.140)