DPR Sebut Kebijakan Pemerintah Buat IHSG Tersungkur
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Airlangga Hartanto menyebut bahwa kebijakan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang menjadi penyebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur sepanjang April 2015.
Menurutnya, kebijakan yang selama ini diambil oleh pemerintah belum ada yang bersifat hati-hati (prudent) di bidang makroekonomi.
"Ya tentunya sekarang kan memang faktor makronya lemah. Belum ada kebijakan pemerintah yang prudent di bidang ekonomi," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Menurut dia, lantaran belum adanya tindakan makro yang bagus dari pemerintah menyebabkan inflasi relatif tinggi, ditambah dengan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) serta ekspektasi tenaga kerja yang meminta kenaikan upah.
"Nah ekspektasi yang ketidakpastian itu akan semakin tinggi, makanya market belum ada news yang menenangkan pasar," imbuh dia.
Selain itu, sambung Airlangga, sentimen dari regional juga turut memengaruhi anjloknya IHSG sepanjang bulan. Hal ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi China sebagai negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia hanya mampu tumbuh 7%.
"AS juga pertumbuhannya masih rendah, sehingga faktor global tidak mendukung dan harga komoditas tidak mendukung, plus belum ada kebijakan pemerintah yang prudent di bidang makroekonomi," tandas dia.
Menurutnya, kebijakan yang selama ini diambil oleh pemerintah belum ada yang bersifat hati-hati (prudent) di bidang makroekonomi.
"Ya tentunya sekarang kan memang faktor makronya lemah. Belum ada kebijakan pemerintah yang prudent di bidang ekonomi," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Menurut dia, lantaran belum adanya tindakan makro yang bagus dari pemerintah menyebabkan inflasi relatif tinggi, ditambah dengan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) serta ekspektasi tenaga kerja yang meminta kenaikan upah.
"Nah ekspektasi yang ketidakpastian itu akan semakin tinggi, makanya market belum ada news yang menenangkan pasar," imbuh dia.
Selain itu, sambung Airlangga, sentimen dari regional juga turut memengaruhi anjloknya IHSG sepanjang bulan. Hal ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi China sebagai negara dengan ekonomi kedua terbesar di dunia hanya mampu tumbuh 7%.
"AS juga pertumbuhannya masih rendah, sehingga faktor global tidak mendukung dan harga komoditas tidak mendukung, plus belum ada kebijakan pemerintah yang prudent di bidang makroekonomi," tandas dia.
(rna)