RI Harus Agresif Ekspor ke Timur Tengah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, Indonesia harus lebih agresif dalam menciptakan perdagangan ekspor ke negara-negara non tradisional selain ke China dan Eropa, seperti Turki, Timur Tengah, Iran dan India.
Hal tersebut karena mitra dagang ekspor Indonesia seperti China dan Eropa sedang melambat. "Ekspor kita harus lebih agresif ke negara non tradisional tersebut, karena di negara seperti Turki, India, Timur Tengah dan Iran, market share kita masih kecil. Kemudian, melemahnya permintaan ini secara over all karena penurunan permintaan. Menurut IMF seluruh negara berkembang melambat," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Sofyan mengatakan, pasar yang market share-nya lebih kecil selama ini, akan berusaha didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II-IV.
"Kemudian, kita percepat juga anggaran bulan ini. Pak Jokowi juga akan ke lapangan untuk dorong investasi agar dipercepat. Ini kita rapatkan, melihat one by one untuk diamati, apa hambatannya agar realisasi investasi pemerintah naik," imbuh dia.
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga akan tumbuh, walau tidak setinggi tahun lalu. Begitu, realiasi anggaran pemrintah akan menginjeksi dana ke masyarakat. Itu akan meningkatkan kembali pertumbuhan konsumsi. Menurut Sofyan, melihat kondisi itu tentunya tidak terlalu mengkhawatirkan.
Sementara untuk ekspor terjadi pelemahan, tapi ada ruang untuk mencari pasar di luar pasar tradisional. "Minggu ke-2 saya akan ke Iran, ngecek, kenapa ekspor ke Iran rendah sekali. Kemudian kita akan adakan perjanjian partnership dengan Eropa, Turki agar reaktif kembali. Maka pertumbuhan di kuartal I yang 4,71% kami sudah rasakan di pemerintah, dan itu tentunya menjadi hal yang harus kita perbaiki," pungkas Sofyan.
Hal tersebut karena mitra dagang ekspor Indonesia seperti China dan Eropa sedang melambat. "Ekspor kita harus lebih agresif ke negara non tradisional tersebut, karena di negara seperti Turki, India, Timur Tengah dan Iran, market share kita masih kecil. Kemudian, melemahnya permintaan ini secara over all karena penurunan permintaan. Menurut IMF seluruh negara berkembang melambat," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Sofyan mengatakan, pasar yang market share-nya lebih kecil selama ini, akan berusaha didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II-IV.
"Kemudian, kita percepat juga anggaran bulan ini. Pak Jokowi juga akan ke lapangan untuk dorong investasi agar dipercepat. Ini kita rapatkan, melihat one by one untuk diamati, apa hambatannya agar realisasi investasi pemerintah naik," imbuh dia.
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga akan tumbuh, walau tidak setinggi tahun lalu. Begitu, realiasi anggaran pemrintah akan menginjeksi dana ke masyarakat. Itu akan meningkatkan kembali pertumbuhan konsumsi. Menurut Sofyan, melihat kondisi itu tentunya tidak terlalu mengkhawatirkan.
Sementara untuk ekspor terjadi pelemahan, tapi ada ruang untuk mencari pasar di luar pasar tradisional. "Minggu ke-2 saya akan ke Iran, ngecek, kenapa ekspor ke Iran rendah sekali. Kemudian kita akan adakan perjanjian partnership dengan Eropa, Turki agar reaktif kembali. Maka pertumbuhan di kuartal I yang 4,71% kami sudah rasakan di pemerintah, dan itu tentunya menjadi hal yang harus kita perbaiki," pungkas Sofyan.
(izz)