Pertumbuhan Ekonomi Paruh II Diproyeksi Menggeliat
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperoyeksi akan menggeliat pada paruh II tahun ini, meski mengalami pelemahan pada kuartal I/2015.
CEO Indosterling Capital William Henley mengatakan, optimisme itu dilandasi upaya pemerintah untuk menggerakkan perekonomian domestik dan memperlancar belanja pemerintah. Kedua komponen tersebut selama ini merupakan penyangga utama perekonomian Indonesia.
“Anggaran negara memang belum terserap dengan baik, namun Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan percepatan penyerapan anggaran, sehingga akan memacu pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya,” kata dia, Rabu (6/5/2015).
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2015 sebesar 4,71%, melemah dibandingkan pencapaian pada periode yang sama 2014 sebesar 5,14%.
“Hampir seluruh komponen PDB mengalami pertumbuhan yang negatif. Hanya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan hingga 0,11% jika dibandingkan kuartal sebelumnya,” jelas William.
Dia menuturkan, pengeluaran konsumsi rumah tangga memberikan dorongan besar karena mengalami pertumbuhan hingga 2,75%. Pengeluaran konsumsi pemerintah hanya memberikan sumbangan 0,14%.
Sementara ekspor dan impor barang dan jasa mengalami kontraksi masing-masing 0,13% dan 0,51%. Namun demikian, dengan pelemahan rupiah dan masih anjloknya harga komoditas, diperkirakan daya beli masyarakat akan berkurang.
“Jika belanja pemerintah mengalami pertumbuhan yang signifikan, maka akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, belanja pemerintah dan investasi memang belum memberikan sumbangan yang berarti pada kuartal I/2015. Hal ini disebabkan karena perlambatan dalam proses APBN, setelah terjadinya transisi pemerintahan.
Dari faktor eksternal, Indonesia tidak bisa terlalu banyak berharap. Menurut sejumlah analisa, pertumbuhan ekonomi global masih akan mengalami kelesuan sepanjang tahun ini.
Bank Dunia dalam proyeksi terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan mencapai 3% pada 2015, lebih rendah dari perkiraan semula 3,4%.
Menurunya, dengan kelesuan perekonomian global yang jauh dari jangkau Indonesia, maka yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan berupaya menggenjot perekonomian domestik sebagai mesin pertumbuhan ekonomi.
CEO Indosterling Capital William Henley mengatakan, optimisme itu dilandasi upaya pemerintah untuk menggerakkan perekonomian domestik dan memperlancar belanja pemerintah. Kedua komponen tersebut selama ini merupakan penyangga utama perekonomian Indonesia.
“Anggaran negara memang belum terserap dengan baik, namun Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan percepatan penyerapan anggaran, sehingga akan memacu pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya,” kata dia, Rabu (6/5/2015).
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2015 sebesar 4,71%, melemah dibandingkan pencapaian pada periode yang sama 2014 sebesar 5,14%.
“Hampir seluruh komponen PDB mengalami pertumbuhan yang negatif. Hanya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan hingga 0,11% jika dibandingkan kuartal sebelumnya,” jelas William.
Dia menuturkan, pengeluaran konsumsi rumah tangga memberikan dorongan besar karena mengalami pertumbuhan hingga 2,75%. Pengeluaran konsumsi pemerintah hanya memberikan sumbangan 0,14%.
Sementara ekspor dan impor barang dan jasa mengalami kontraksi masing-masing 0,13% dan 0,51%. Namun demikian, dengan pelemahan rupiah dan masih anjloknya harga komoditas, diperkirakan daya beli masyarakat akan berkurang.
“Jika belanja pemerintah mengalami pertumbuhan yang signifikan, maka akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, belanja pemerintah dan investasi memang belum memberikan sumbangan yang berarti pada kuartal I/2015. Hal ini disebabkan karena perlambatan dalam proses APBN, setelah terjadinya transisi pemerintahan.
Dari faktor eksternal, Indonesia tidak bisa terlalu banyak berharap. Menurut sejumlah analisa, pertumbuhan ekonomi global masih akan mengalami kelesuan sepanjang tahun ini.
Bank Dunia dalam proyeksi terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan mencapai 3% pada 2015, lebih rendah dari perkiraan semula 3,4%.
Menurunya, dengan kelesuan perekonomian global yang jauh dari jangkau Indonesia, maka yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan berupaya menggenjot perekonomian domestik sebagai mesin pertumbuhan ekonomi.
(rna)