Minyakita Langka, Apkasindo Malah Minta Penurunan Bea Ekspor
Kamis, 09 Februari 2023 - 13:10 WIB
JAKARTA - Saat ini Minyakita menjadi sorotan lantaran langka dan harganya yang di atas Rp14.000 per liter. Salah satu penyebab kelangkaan Minyakita adalah terjadinya penurunan ekspor yang berimbas pada turunnya kewajiban pasokan untuk dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
Ketua umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia ( Apkasindo ) Gulat Manurung mengatakan penurunan ekspor disebabkan negara-negara di benua Eropa sedang panen besar tanaman bahan minyak nabati sehingga memberikan diskon kepada beberapa negara yang membutuhkan minyak mereka.
"Nah ini yang mengakibatkan harga minyak sawit atau CPO tidak jauh berbeda, tentu mereka akan menggunakan minyak dalam negerinya," terang Gulat dikutip Kamis (9/2/2023).
Dia menjelaskan, antara DMO dengan ekspor itu merupakan dua aktivitas yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Seorang eksportir tak bisa mamasok DMO jika ekspornya tidak jalan atau sedikit. Kondisi itu yang mengakibatkan turunnya stok DMO.
Menurut Gulat, sebenarnya pemerintah tak perlu menaikkan DMO menjadi 450 ribu ton dari semula 300 ribu ton per bulan. Sebab, pada dasarnya kebutuhan minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat Indonesia per bulan hanya 300 ribu ton.
Menurut Gulat, kekurangan Minyakita disebabkan karena banyak masyarakat yang awalnya membeli minyak goreng premium beralih ke Minyakita. Peralihan itu tak lain karena harga Minyakita lebih murah dan produknya juga berkualitas.
"Tetapi kok 300 ribu ton per bulan masih kurang. Karena itu tadi peralihan konsumsi minyak premium menjadi Minyakita," ucap Gulat.
Oleh karena itu Gulat berpandangan, sebaiknya pemerintah memberikan kebijakan tindakan afirmatif guna tujuan tertentu untuk saat ini. Caranya dengan menurunkan bea keluar supaya dapat merangsang pengusaha melakukan ekspor.
"Affirmation action ini kami anggap semacam perangsang supaya terjadinya ekspor dan pasokan DMO akan kembali normal. Jadi ini harus kita selesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Sebenarnya cukup sederhana, diberikan saja kemudahan atau penurunan bea keluar dalam waktu tertentu kepada eksportir. Itu akan merangsang mereka untuk kembali bergeliat mengekspor. Ini yang kami harapkan," pungkas Gulat.
Baca Juga
Ketua umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia ( Apkasindo ) Gulat Manurung mengatakan penurunan ekspor disebabkan negara-negara di benua Eropa sedang panen besar tanaman bahan minyak nabati sehingga memberikan diskon kepada beberapa negara yang membutuhkan minyak mereka.
"Nah ini yang mengakibatkan harga minyak sawit atau CPO tidak jauh berbeda, tentu mereka akan menggunakan minyak dalam negerinya," terang Gulat dikutip Kamis (9/2/2023).
Dia menjelaskan, antara DMO dengan ekspor itu merupakan dua aktivitas yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Seorang eksportir tak bisa mamasok DMO jika ekspornya tidak jalan atau sedikit. Kondisi itu yang mengakibatkan turunnya stok DMO.
Menurut Gulat, sebenarnya pemerintah tak perlu menaikkan DMO menjadi 450 ribu ton dari semula 300 ribu ton per bulan. Sebab, pada dasarnya kebutuhan minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat Indonesia per bulan hanya 300 ribu ton.
Menurut Gulat, kekurangan Minyakita disebabkan karena banyak masyarakat yang awalnya membeli minyak goreng premium beralih ke Minyakita. Peralihan itu tak lain karena harga Minyakita lebih murah dan produknya juga berkualitas.
"Tetapi kok 300 ribu ton per bulan masih kurang. Karena itu tadi peralihan konsumsi minyak premium menjadi Minyakita," ucap Gulat.
Oleh karena itu Gulat berpandangan, sebaiknya pemerintah memberikan kebijakan tindakan afirmatif guna tujuan tertentu untuk saat ini. Caranya dengan menurunkan bea keluar supaya dapat merangsang pengusaha melakukan ekspor.
"Affirmation action ini kami anggap semacam perangsang supaya terjadinya ekspor dan pasokan DMO akan kembali normal. Jadi ini harus kita selesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Sebenarnya cukup sederhana, diberikan saja kemudahan atau penurunan bea keluar dalam waktu tertentu kepada eksportir. Itu akan merangsang mereka untuk kembali bergeliat mengekspor. Ini yang kami harapkan," pungkas Gulat.
(uka)
tulis komentar anda