Bank Indonesia Optimistis Neraca Pembayaran Surplus di 2022
Kamis, 16 Februari 2023 - 19:18 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) optimistis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan surplus di 2022. Hal itu ditopang surplus transaksi berjalan di kisaran 0,4%-1,2% dari produk domestik bruto (PDB) di tengah defisit transaksi modal dan finansial akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Perkembangan terkini menunjukkan neraca perdagangan Januari 2023 mencatat surplus cukup tinggi sebesar USD3,87 miliar dipengaruhi oleh kinerja ekspor nonmigas yang tetap kuat," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik juga meningkat, tecermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar USD6,0 miliar hingga 14 Februari 2023.
"Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2023 meningkat menjadi USD139,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," terang Perry.
Secara keseluruhan, prospek NPI 2023 diprakirakan tetap baik dengan transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB.
"Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk PMA dan investasi portofolio, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi nasional dan iklim investasi di dalam negeri yang tetap baik," pungkas Perry.
"Perkembangan terkini menunjukkan neraca perdagangan Januari 2023 mencatat surplus cukup tinggi sebesar USD3,87 miliar dipengaruhi oleh kinerja ekspor nonmigas yang tetap kuat," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik juga meningkat, tecermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar USD6,0 miliar hingga 14 Februari 2023.
"Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2023 meningkat menjadi USD139,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," terang Perry.
Secara keseluruhan, prospek NPI 2023 diprakirakan tetap baik dengan transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB.
"Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk PMA dan investasi portofolio, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi nasional dan iklim investasi di dalam negeri yang tetap baik," pungkas Perry.
(nng)
tulis komentar anda