Minus 4%, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal II
Kamis, 16 Juli 2020 - 17:48 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 akan mengalami kontraksi, dengan level terendah tercatat pada Mei 2020.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 akan turun hingga 4%. Ini disebabkan oleh tersendatnya perekonomian akibat pengurangan aktivitas ekonomi dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi ekonomi domestik pada April-Mei 2020 sejalan dengan dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 yang mengurangi aktivitas ekonomi," kata Perry dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (16/7/2020). ( Baca juga: Bank Dunia Sebut Indonesia Belum Aman dari Ancaman Resesi )
Kata dia, perkembangan terkini Juni 2020 menunjukkan perekonomian mulai membaik seiring relaksasi PSBB, meskipun belum kembali kepada level sebelum pandemi.
Beberapa indikator dini permintaan domestik menunjukkan perkembangan positif ini, seperti tecermin pada penjualan ritel, purchasing manager index, ekspektasi konsumen, dan berbagai indikator domestik lain, yang mulai meningkat.
"Kinerja ekspor Juni 2020 pada beberapa komoditas seperti besi dan baja juga membaik seiring peningkatan permintaan dari Tiongkok untuk proyek infrastruktur," katanya.
Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi.
"Ke depan, akselerasi pemulihan ekonomi domestik diharapkan dapat membaik dengan kecepatan penyerapan stimulus fiskal, keberhasilan restrukturisasi kredit dan korporasi, pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan UMKM, serta efektivitas implementasi protokol kesehatan Covic-19 di era kenormalan baru," tandasnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 akan turun hingga 4%. Ini disebabkan oleh tersendatnya perekonomian akibat pengurangan aktivitas ekonomi dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi ekonomi domestik pada April-Mei 2020 sejalan dengan dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 yang mengurangi aktivitas ekonomi," kata Perry dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (16/7/2020). ( Baca juga: Bank Dunia Sebut Indonesia Belum Aman dari Ancaman Resesi )
Kata dia, perkembangan terkini Juni 2020 menunjukkan perekonomian mulai membaik seiring relaksasi PSBB, meskipun belum kembali kepada level sebelum pandemi.
Beberapa indikator dini permintaan domestik menunjukkan perkembangan positif ini, seperti tecermin pada penjualan ritel, purchasing manager index, ekspektasi konsumen, dan berbagai indikator domestik lain, yang mulai meningkat.
"Kinerja ekspor Juni 2020 pada beberapa komoditas seperti besi dan baja juga membaik seiring peningkatan permintaan dari Tiongkok untuk proyek infrastruktur," katanya.
Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi.
"Ke depan, akselerasi pemulihan ekonomi domestik diharapkan dapat membaik dengan kecepatan penyerapan stimulus fiskal, keberhasilan restrukturisasi kredit dan korporasi, pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan UMKM, serta efektivitas implementasi protokol kesehatan Covic-19 di era kenormalan baru," tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda