Bangun Belt and Road, China Beri Pinjaman Rp3.609 Triliun ke 22 Negara Berkembang
Senin, 03 April 2023 - 06:13 WIB
Studi ini juga mengkritik beberapa bank sentral yang berpotensi menggunakan jalur swap PBOC untuk memompa angka cadangan devisa mereka. Pinjaman penyelamatan China "buram dan tidak terkoordinasi," kata Brad Parks, salah satu penulis laporan itu, dan direktur AidData, sebuah laboratorium penelitian di The College of William & Mary di Amerika Serikat.
Pemerintah China membalas kritik itu dengan mengatakan, investasi luar negerinya berjalan berdasarkan "prinsip keterbukaan dan transparansi".
"China bertindak sesuai dengan hukum pasar dan aturan internasional, menghormati kehendak negara-negara terkait, tidak pernah memaksa pihak manapun untuk meminjam uang, tidak pernah memaksa negara manapun untuk membayar, tidak akan melampirkan kondisi politik apapun pada perjanjian pinjaman, dan tidak mencari kepentingan politik apa pun," kata juru bicara kementerian luar negeri, Mao Ning pada konferensi pers pada hari Selasa.
Pinjaman dana talangan terutama terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan menengah yang menyentuh empat perlima dari pinjamannya, karena risiko yang ditimbulkan terhadap neraca bank-bank China. Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah ditawari masa tenggang dan perpanjangan jatuh tempo, demikian ungkap laporan itu.
China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menahan proses tersebut. Sebagai tanggapan, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk juga diminta menawarkan keringanan utang.
Pemerintah China membalas kritik itu dengan mengatakan, investasi luar negerinya berjalan berdasarkan "prinsip keterbukaan dan transparansi".
"China bertindak sesuai dengan hukum pasar dan aturan internasional, menghormati kehendak negara-negara terkait, tidak pernah memaksa pihak manapun untuk meminjam uang, tidak pernah memaksa negara manapun untuk membayar, tidak akan melampirkan kondisi politik apapun pada perjanjian pinjaman, dan tidak mencari kepentingan politik apa pun," kata juru bicara kementerian luar negeri, Mao Ning pada konferensi pers pada hari Selasa.
Pinjaman dana talangan terutama terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan menengah yang menyentuh empat perlima dari pinjamannya, karena risiko yang ditimbulkan terhadap neraca bank-bank China. Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah ditawari masa tenggang dan perpanjangan jatuh tempo, demikian ungkap laporan itu.
China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menahan proses tersebut. Sebagai tanggapan, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk juga diminta menawarkan keringanan utang.
(akr)
tulis komentar anda