Peringatan Baru IMF, 5 Tahun ke Depan Ekonomi Dunia Akan Semakin Sulit
Jum'at, 07 April 2023 - 10:34 WIB
JAKARTA - IMF memproyeksikan ekonomi dunia akan tumbuh sekitar 3% selama lima tahun ke depan terlemah sejak 1990. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan jalan ekonomi ke depan kasar dan berkabut.
Dia pun memberikan peringatan kerja sama untuk mengatasi masalah ekonomi dunia akan menjadi lebih sulit. Mengutip BBC, Georgieva berbicara di Washington menjelang pertemuan tahunan. Guna mengantisipasi kondisi ekonomi global yang semakin sulit, dia menyerukan lebih banyak bantuan untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
"Tujuannya untuk membantu anggota terlemah dari keluarga global kita sehingga dukungan tambahan dari negara-negara kaya sangat penting," ujar Georgieva.
Dia menyerukan negara-negara kaya untuk meningkatkan dana IMF untuk memberikan pinjaman berbiaya rendah ke negara-negara yang membutuhkan. Organisasi ini bersiap menghadapi gelombang permintaan bantuan atau restrukturisasi utang, karena guncangan dari krisis Covid-19, perang di Ukraina, dan terus melonjaknya biaya hidup.
Tahun lalu, pertumbuhan global turun hampir setengahnya menjadi 3,4%, menyusul lonjakan pascapandemi pada 2021. Itu di bawah pertumbuhan rata-rata 3,8% dalam dua dekade terakhir.
Perlambatan terus berlanjut tahun ini, meskipun pasar kerja yang kuat di negara-negara seperti Amerika Serikat (AS). Pihaknya memperkirakan pertumbuhan turun di bawah 3% pada 2023, dengan India dan China menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan.
Kristalina mengatakan sekitar 90% ekonomi maju diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan, yang mencerminkan beban biaya pinjaman yang lebih tinggi setelah bank sentral menaikkan suku bunga secara tajam untuk menstabilkan harga yang melonjak. Bagi negara-negara berpenghasilan rendah, biaya pinjaman yang lebih tinggi datang pada saat melemahnya permintaan ekspor mereka.
"Itu adalah pukulan telak, membuat negara-negara berpenghasilan rendah semakin sulit untuk mengejar ketinggalan," ujar Georgieva. "Kemiskinan dan kelaparan bisa semakin meningkat, tren berbahaya yang dimulai dari krisis Covid," tambahnya.
Sambil menyerukan dukungan untuk negara-negara yang rentan, Georgieva mengatakan pihak berwenang harus terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi selama tekanan terus berlanjut.
"Jika itu berubah, pembuat kebijakan akan menghadapi tugas yang lebih rumit, dengan pertukaran yang sulit antara sasaran inflasi dan stabilitas keuangan mereka, dan penggunaan alat mereka masing-masing," kata dia.
Dia pun memberikan peringatan kerja sama untuk mengatasi masalah ekonomi dunia akan menjadi lebih sulit. Mengutip BBC, Georgieva berbicara di Washington menjelang pertemuan tahunan. Guna mengantisipasi kondisi ekonomi global yang semakin sulit, dia menyerukan lebih banyak bantuan untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
"Tujuannya untuk membantu anggota terlemah dari keluarga global kita sehingga dukungan tambahan dari negara-negara kaya sangat penting," ujar Georgieva.
Baca Juga
Dia menyerukan negara-negara kaya untuk meningkatkan dana IMF untuk memberikan pinjaman berbiaya rendah ke negara-negara yang membutuhkan. Organisasi ini bersiap menghadapi gelombang permintaan bantuan atau restrukturisasi utang, karena guncangan dari krisis Covid-19, perang di Ukraina, dan terus melonjaknya biaya hidup.
Tahun lalu, pertumbuhan global turun hampir setengahnya menjadi 3,4%, menyusul lonjakan pascapandemi pada 2021. Itu di bawah pertumbuhan rata-rata 3,8% dalam dua dekade terakhir.
Perlambatan terus berlanjut tahun ini, meskipun pasar kerja yang kuat di negara-negara seperti Amerika Serikat (AS). Pihaknya memperkirakan pertumbuhan turun di bawah 3% pada 2023, dengan India dan China menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan.
Kristalina mengatakan sekitar 90% ekonomi maju diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan, yang mencerminkan beban biaya pinjaman yang lebih tinggi setelah bank sentral menaikkan suku bunga secara tajam untuk menstabilkan harga yang melonjak. Bagi negara-negara berpenghasilan rendah, biaya pinjaman yang lebih tinggi datang pada saat melemahnya permintaan ekspor mereka.
"Itu adalah pukulan telak, membuat negara-negara berpenghasilan rendah semakin sulit untuk mengejar ketinggalan," ujar Georgieva. "Kemiskinan dan kelaparan bisa semakin meningkat, tren berbahaya yang dimulai dari krisis Covid," tambahnya.
Sambil menyerukan dukungan untuk negara-negara yang rentan, Georgieva mengatakan pihak berwenang harus terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi selama tekanan terus berlanjut.
"Jika itu berubah, pembuat kebijakan akan menghadapi tugas yang lebih rumit, dengan pertukaran yang sulit antara sasaran inflasi dan stabilitas keuangan mereka, dan penggunaan alat mereka masing-masing," kata dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda