Di Bawah Komando Erick, Doni Monardo Harus Bisa Tunjukkan Performa
Rabu, 22 Juli 2020 - 22:16 WIB
JAKARTA - Dibentuknya Komite Baru Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan pemegang komando Erick Thohir (ET) adalah momentum yang tepat bagi Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo untuk menunjukkan performa prima. Demikian menurut pandangan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Narasi Institute pada Rabu malam (22/7/2020).
Menurut Dahlan, selama ini Doni terbelenggu oleh birokrasi ribet dari atasan-atasannya di level kementerian atau kementerian koordinator. Dengan komando ET, Doni seharusnya memperoleh ruang yang jauh lebih leluasa untuk bergerak.
"Justru di bawah koordinasi Pak ET, Pak Doni akan mendapatkan keleluasaan untuk melakukan terobosan-terobosan yang diperlukan, yang mungkin selama ini susah didapatkan karena rumitnya birokrasi. Meski secara struktural, posisi Pak Doni tampak turun, tapi secara ruang gerak dia akan lebih leluasa," ujar Dahlan di Jakarta. ( Baca juga:Kompetisi Liga 1 Dapat Izin Bergulir dari Satgas Penanganan Covid-19 )
Dengan situasi tersebut, Dahlan berharap, segala macam jalan keluar terkait Covid-19 akan ditemukan. Karena sebetulnya, hal itu sesederhana mengkopi dari best practices yang sudah ada di lapangan.
"Misal best practices untuk tes Covid-19 itu di Padang, oleh dr. Andani. Dia membuktikan bahwa laboratorium Universitas Andalas bisa melakukan PCR test hingga 4.500 orang. Itu termasuk best practices," ungkapnya.
Dahlan menyayangkan, dr. Andani sendiri mau menularkan pengetahuannya secara cuma-cuma, tetapi sudah lebih dari dua bulan, best practices dari dr. Andani ini tidak ditiru oleh daerah mana pun.
"Apa yang terjadi? Kenapa Pak Doni tidak bisa menginstruksikan ke seluruh wilayah Indonesia atas best practice yang sudah dilakukan di Padang? Toh dr. Andani mau memberikan guidance, bukan berupa mesin, tetapi arahan proses di laboratorium," tandasnya.
Ia mengatakan bahwa ini sebuah terobosan besar, apabila Doni bisa memaksakan implementasi best practices ini di seluruh Indonesia. "Itu namanya terobosan, apalagi dihasilkan oleh putera bangsa kita sendiri," pungkas Dahlan.
Menurut Dahlan, selama ini Doni terbelenggu oleh birokrasi ribet dari atasan-atasannya di level kementerian atau kementerian koordinator. Dengan komando ET, Doni seharusnya memperoleh ruang yang jauh lebih leluasa untuk bergerak.
"Justru di bawah koordinasi Pak ET, Pak Doni akan mendapatkan keleluasaan untuk melakukan terobosan-terobosan yang diperlukan, yang mungkin selama ini susah didapatkan karena rumitnya birokrasi. Meski secara struktural, posisi Pak Doni tampak turun, tapi secara ruang gerak dia akan lebih leluasa," ujar Dahlan di Jakarta. ( Baca juga:Kompetisi Liga 1 Dapat Izin Bergulir dari Satgas Penanganan Covid-19 )
Dengan situasi tersebut, Dahlan berharap, segala macam jalan keluar terkait Covid-19 akan ditemukan. Karena sebetulnya, hal itu sesederhana mengkopi dari best practices yang sudah ada di lapangan.
"Misal best practices untuk tes Covid-19 itu di Padang, oleh dr. Andani. Dia membuktikan bahwa laboratorium Universitas Andalas bisa melakukan PCR test hingga 4.500 orang. Itu termasuk best practices," ungkapnya.
Dahlan menyayangkan, dr. Andani sendiri mau menularkan pengetahuannya secara cuma-cuma, tetapi sudah lebih dari dua bulan, best practices dari dr. Andani ini tidak ditiru oleh daerah mana pun.
"Apa yang terjadi? Kenapa Pak Doni tidak bisa menginstruksikan ke seluruh wilayah Indonesia atas best practice yang sudah dilakukan di Padang? Toh dr. Andani mau memberikan guidance, bukan berupa mesin, tetapi arahan proses di laboratorium," tandasnya.
Ia mengatakan bahwa ini sebuah terobosan besar, apabila Doni bisa memaksakan implementasi best practices ini di seluruh Indonesia. "Itu namanya terobosan, apalagi dihasilkan oleh putera bangsa kita sendiri," pungkas Dahlan.
(uka)
tulis komentar anda