Perang Dagang China-Uni Eropa Meletus saat Beijing Ajukan Keluhan ke WTO
loading...
A
A
A
BEIJING - Perang dagang antara China dan Uni Eropa (UE) bakal memanas setelah Beijing mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO menyusul langkah Eropa yang menaikkan tarif Impor pada kendaraan listrik buatan China.
Kementerian perdagangan China pada hari Rabu (30/10) kemarin mengatakan, bahwa mereka "tidak setuju atau menerima" dengan keputusan UE yang meningkatkan bea tambahan pada EV setelah kesimpulan penyelidikan anti-subsidi yang dimulai tahun lalu.
Keputusan akhir yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada hari Selasa, menyatakan bahwa tarif tertinggi impor mobil listrik China bisa mencapai 35,3% yang akan diterapkan untuk EV dari perusahaan milik negara China, SAIC Motor dan anak perusahaannya, di samping bea dasar 10% yang berlaku untuk semua impor EV.
Sedangkan produsen mobil utama China, BYD dan Geely akan menghadapi bea tambahan masing-masing sebesar 17% dan 18,8%. Tarif tambahan tersebut akan berlaku paling cepat Rabu dan akan berlangsung selama lima tahun.
"China akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan dengan tegas untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China," kata kementerian itu setelah mengajukan keluhan dengan mekanisme penyelesaian sengketa WTO seperti dilansir South China Morning Post (SCMP).
Kementerian juga mengatakan, China menganjurkan penyelesaian konflik perdagangan melalui dialog serta menambahkan, bahwa mereka sedang melakukan "fase konsultasi baru" dengan blok Eropa.
"Kami berharap pihak Eropa akan bekerja dengan China secara konstruktif ... dan mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak sesegera mungkin untuk menghindari meningkatnya gesekan perdagangan," katanya.
China sebelumnya menerangkan, bahwa negosiasi teknis telah dilanjutkan untuk menegosiasikan penyelesaian di mana tarif akan dikurangi atau dihentikan dengan imbalan perusahaan menyetujui harga minimum penjualan EV di UE.
Dalam menetapkan kenaikan tarif, kepala perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis mengutarakan, anggota blok "menyambut baik persaingan, termasuk di sektor kendaraan listrik, tetapi harus didukung oleh keadilan dan lapangan bermain yang setara".
Kementerian perdagangan China pada hari Rabu (30/10) kemarin mengatakan, bahwa mereka "tidak setuju atau menerima" dengan keputusan UE yang meningkatkan bea tambahan pada EV setelah kesimpulan penyelidikan anti-subsidi yang dimulai tahun lalu.
Keputusan akhir yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada hari Selasa, menyatakan bahwa tarif tertinggi impor mobil listrik China bisa mencapai 35,3% yang akan diterapkan untuk EV dari perusahaan milik negara China, SAIC Motor dan anak perusahaannya, di samping bea dasar 10% yang berlaku untuk semua impor EV.
Sedangkan produsen mobil utama China, BYD dan Geely akan menghadapi bea tambahan masing-masing sebesar 17% dan 18,8%. Tarif tambahan tersebut akan berlaku paling cepat Rabu dan akan berlangsung selama lima tahun.
"China akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan dengan tegas untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China," kata kementerian itu setelah mengajukan keluhan dengan mekanisme penyelesaian sengketa WTO seperti dilansir South China Morning Post (SCMP).
Kementerian juga mengatakan, China menganjurkan penyelesaian konflik perdagangan melalui dialog serta menambahkan, bahwa mereka sedang melakukan "fase konsultasi baru" dengan blok Eropa.
"Kami berharap pihak Eropa akan bekerja dengan China secara konstruktif ... dan mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak sesegera mungkin untuk menghindari meningkatnya gesekan perdagangan," katanya.
China sebelumnya menerangkan, bahwa negosiasi teknis telah dilanjutkan untuk menegosiasikan penyelesaian di mana tarif akan dikurangi atau dihentikan dengan imbalan perusahaan menyetujui harga minimum penjualan EV di UE.
Dalam menetapkan kenaikan tarif, kepala perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis mengutarakan, anggota blok "menyambut baik persaingan, termasuk di sektor kendaraan listrik, tetapi harus didukung oleh keadilan dan lapangan bermain yang setara".