Masih Sebatas Rencana, Bos Pertamina Klaim Gasifikasi Batu Bara Bisa Tekan Impor Elpiji
Minggu, 26 Juli 2020 - 17:52 WIB
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengklaim program gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether(DME) akan menekan impor elpiji secara signifikan sehingga diharapkan mampu menekan defisit neraca perdagangan. Namun demikian, program tersebut masih sebatas rencana pengembangan dalam upaya memanfaatkan potensi cadangan batu bara yang masih cukup berlimpah.
"Indonesia memiliki cadangan batu bara yang melimpah, maka kita melihat potensi untuk mengembangkan batubara ini menjadi methanol dan juga DME, DME nantinya kita gunakan untuk impor substitution dari elpiji. Sehingga, nanti kita Pertamina bisa menurunkan defisit neraca perdagangan karena kita bisa mengganti impor elpiji," ujar Nicke saat diskusi virtual, Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Menurut dia cadangan batu bara yang berlimpah di dalam negeri sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bisnis baru. Di mana, batu bara dapat digunakan sebagai bahan bakar, DME, petrokimia berbasis batu bara, dan bahan bakar metanol.
Dengan demikian, Pertamina sebagai perusahaan plat merah di sektor energi memiliki peran besar untuk menurunkan defisit neraca perdagangan. Pihaknya juga terus terus berkomitmen mengembangkan batu bara sebagai new energi atau energi baru.
Sebab itu, pihaknya berkomitmen tetap menjalankan peta jalan atau roadmap yang sudah disusun, salah satunya adalah membangun pabrik DME. Sebagaimana diketahui, awal 2020 lalu perseroan sedang menyelesaikan pembangunan pabrik DME dengan nilai investasi sebesar Rp2,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, holding migas BUMN itu berencana akan menambah empat pabrik DME yang diperkirakan yang diperkirakan menelan anggaran sebesar USD10 miliar.
"Kami sudah berhitung. Untuk bisa membebaskan ketergantungan atas impor elpiji, maka perlu ada produksi DME yang besar. Nah, kita butuh empat lokasi lagi dengan satu lokasi satu pabrik berkapasitas satu juta ton DME," ujarnya.
Baca Juga: Pertamina Antisipasi Lonjakan Konsumsi LPG Jelang Idul Adha 2020
Nicke mengungkapkan pembangunan pabrik DME akan dikolaborasikan dengan PTBA melalui komitmen penandatanganan nota kesepahaman dan rencananya akan dibangun di Tanjung Enim. Rencananya lagi, pabrik tersebut nantinya akan menyerap 6 juta ton batu bara kalori rendah dan menghasilkan 4,1 juta metrik ton produk DME.
Meskpun investasinya besar, pihaknya optimistis program hilirisasi tersebut akan jalan untuk terus menekan impor gas elpiji. Pasalnya kondisi impor elpiji telah mencapai 70% dengan volume mencapai 5 juta metrik ton. "Nah, dari batubara kalori rendah yang selama ini gak digunakan di PLTU. Ini akan kita serap untuk substitusi impor elpiji," tandasnya.
"Indonesia memiliki cadangan batu bara yang melimpah, maka kita melihat potensi untuk mengembangkan batubara ini menjadi methanol dan juga DME, DME nantinya kita gunakan untuk impor substitution dari elpiji. Sehingga, nanti kita Pertamina bisa menurunkan defisit neraca perdagangan karena kita bisa mengganti impor elpiji," ujar Nicke saat diskusi virtual, Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Baca Juga
Menurut dia cadangan batu bara yang berlimpah di dalam negeri sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bisnis baru. Di mana, batu bara dapat digunakan sebagai bahan bakar, DME, petrokimia berbasis batu bara, dan bahan bakar metanol.
Dengan demikian, Pertamina sebagai perusahaan plat merah di sektor energi memiliki peran besar untuk menurunkan defisit neraca perdagangan. Pihaknya juga terus terus berkomitmen mengembangkan batu bara sebagai new energi atau energi baru.
Sebab itu, pihaknya berkomitmen tetap menjalankan peta jalan atau roadmap yang sudah disusun, salah satunya adalah membangun pabrik DME. Sebagaimana diketahui, awal 2020 lalu perseroan sedang menyelesaikan pembangunan pabrik DME dengan nilai investasi sebesar Rp2,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, holding migas BUMN itu berencana akan menambah empat pabrik DME yang diperkirakan yang diperkirakan menelan anggaran sebesar USD10 miliar.
"Kami sudah berhitung. Untuk bisa membebaskan ketergantungan atas impor elpiji, maka perlu ada produksi DME yang besar. Nah, kita butuh empat lokasi lagi dengan satu lokasi satu pabrik berkapasitas satu juta ton DME," ujarnya.
Baca Juga: Pertamina Antisipasi Lonjakan Konsumsi LPG Jelang Idul Adha 2020
Nicke mengungkapkan pembangunan pabrik DME akan dikolaborasikan dengan PTBA melalui komitmen penandatanganan nota kesepahaman dan rencananya akan dibangun di Tanjung Enim. Rencananya lagi, pabrik tersebut nantinya akan menyerap 6 juta ton batu bara kalori rendah dan menghasilkan 4,1 juta metrik ton produk DME.
Meskpun investasinya besar, pihaknya optimistis program hilirisasi tersebut akan jalan untuk terus menekan impor gas elpiji. Pasalnya kondisi impor elpiji telah mencapai 70% dengan volume mencapai 5 juta metrik ton. "Nah, dari batubara kalori rendah yang selama ini gak digunakan di PLTU. Ini akan kita serap untuk substitusi impor elpiji," tandasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda