Rupiah Hari Ini Kembali Ditutup Menguat di Level Rp14.966

Kamis, 13 Juli 2023 - 16:10 WIB
Rupiah hari ini ditutup menguat terhadap dolar AS. FOTO/dok.SINDOnews
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (13/7/2023), naik 109 poin di level Rp14.966 dari penutupan sebelumnya di Rp15.074.

Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar terdorong lebih rendah lagi di perdagangan hari ini, karena data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan mendorong taruhan pada Federal Reserve yang kurang agresif. Sementara tembaga didukung oleh prospek langkah-langkah stimulus lebih banyak di importir utama China.

"Meskipun pembacaan IHK lebih lemah, inflasi masih tetap di atas target tahunan Fed sebesar 2%. Hal ini kemungkinan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral dalam waktu dekat, dengan pasar secara luas memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (13/7/2023).





Sejumlah pejabat Fed juga menandai lebih banyak kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, memperingatkan bahwa inflasi inti masih tetap tinggi, dan menimbulkan ancaman yang mengakar.

Pembacaan IHK inti bulan Juni lebih rendah dari yang diperkirakan, sebesar 4,8%, tetapi masih relatif tinggi, dan jauh di atas angka utama, yang tumbuh 3%. The Fed awal tahun ini menandai tingkat puncak setidaknya 50 bps lebih dari 5,25% saat ini, meskipun data tenaga kerja yang lemah dan pembacaan CPI yang lemah mungkin melihat pergeseran dalam sikap ini selama pertemuan bank Juli.

Kemudian, spekulasi bahwa China akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi yang melambat. Berbagai laporan dari outlet media pemerintah China menunjukkan bahwa pemerintah hampir menguraikan lebih banyak pengeluaran fiskal.

Dari sisi domestik, para ekonom banyak yang menganggap bahwa perlambatan ekonomi China memang berpotensi berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Hal itu karena keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan China cukup kuat.

"Estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi China terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39%, yang berarti perlambatan ekonomi China sebesar 1% berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39%. Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, sebagai contoh Amerika Serikat," kata dia.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More