Rusia dan China Makin Lengket, Nilai Perdagangan Moskow-Beijing Tembus Rp1.698 Triliun
Jum'at, 14 Juli 2023 - 22:58 WIB
MOSKOW - Rusia menjadi salah satu dari lima mitra dagang teratas China untuk pertama kalinya, ketika kedua negara terus meningkatkan kerja sama dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perdagangan bilateral antara Moskow dan Beijing melebihi USD114 miliar atau setara Rp1.698 triliun (Kurs Rp14.903 per USD) pada periode Januari dan Juni 2023.
Perputaran perdagangan antara Moskow dan Beijing melonjak ke rekor volume pada periode Januari hingga Juni 2023, berdasarkan data yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai China.
Angka tersebut menandai peningkatan 40,6% dibandingkan tahun lalu, dan membawa Rusia ke dalam daftar lima mitra dagang teratas China untuk pertama kalinya, di belakang Amerika Serikat atau AS (USD327,2 miliar), Jepang (USD157 miliar), Korea Selatan (USD153,4 miliar), dan Australia (USD116,1 miliar).
Ekspor dan impor telah meningkat pada kecepatan dua digit sejak awal tahun dan terus meningkat. Angka-angka tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak dimulainya konflik di Ukraina, menandakan bahwa Rusia menjadi mitra dagang China yang tumbuh paling cepat secara global.
"Melonjaknya kerja sama ekonomi Rusia-China terjadi secara "alami" setelah Moskow memutar perdagangan dari Uni Eropa ke Asia menyusul sanksi Barat yang menyapu," menurut kepala Institut Kebijakan Perdagangan di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow, Aleksandr Daniltzev seperti dilansir RT, Jumat (14/7/2023).
"Rusia terutama mengekspor komoditas dan sejumlah barang jadi," katanya.
Sementara itu China memasok Rusia dengan barang-barang yang dilarang oleh pembatasan internasional, termasuk peralatan industri, seperti dicatat oleh Daniltzev.
Hubungan ekonomi keduanya telah didukung oleh keputusan bersama untuk melakukan sebagian besar transaksi dalam mata uang negara sendiri, meninggalkan dolar AS. Moskow dan Beijing telah meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dan euro dalam perdagangan internasional, dengan latar belakang sanksi yang dikenakan pada Rusia.
Perputaran perdagangan antara Moskow dan Beijing melonjak ke rekor volume pada periode Januari hingga Juni 2023, berdasarkan data yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai China.
Angka tersebut menandai peningkatan 40,6% dibandingkan tahun lalu, dan membawa Rusia ke dalam daftar lima mitra dagang teratas China untuk pertama kalinya, di belakang Amerika Serikat atau AS (USD327,2 miliar), Jepang (USD157 miliar), Korea Selatan (USD153,4 miliar), dan Australia (USD116,1 miliar).
Ekspor dan impor telah meningkat pada kecepatan dua digit sejak awal tahun dan terus meningkat. Angka-angka tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak dimulainya konflik di Ukraina, menandakan bahwa Rusia menjadi mitra dagang China yang tumbuh paling cepat secara global.
"Melonjaknya kerja sama ekonomi Rusia-China terjadi secara "alami" setelah Moskow memutar perdagangan dari Uni Eropa ke Asia menyusul sanksi Barat yang menyapu," menurut kepala Institut Kebijakan Perdagangan di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow, Aleksandr Daniltzev seperti dilansir RT, Jumat (14/7/2023).
"Rusia terutama mengekspor komoditas dan sejumlah barang jadi," katanya.
Sementara itu China memasok Rusia dengan barang-barang yang dilarang oleh pembatasan internasional, termasuk peralatan industri, seperti dicatat oleh Daniltzev.
Hubungan ekonomi keduanya telah didukung oleh keputusan bersama untuk melakukan sebagian besar transaksi dalam mata uang negara sendiri, meninggalkan dolar AS. Moskow dan Beijing telah meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dan euro dalam perdagangan internasional, dengan latar belakang sanksi yang dikenakan pada Rusia.
(akr)
tulis komentar anda