Molor Lagi, Membengkak Lagi

Selasa, 28 Juli 2020 - 06:15 WIB
Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyatakan, dalam pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandungterdapat 12.000 pekerja yang terlibat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.000 orang merupakan tenaga kerja asing (TKA) asal China dan 10.000 tenaga kerja dari dalam negeri. Meski demikian, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menegaskan bahwa penggunaan jasa TKA China ini sudah sesuai Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA). (Baca juga: Sekarang PNS Boleh Cuti Sakit Sehari dan Berobat ke Luar Negeri)

“Saya pastikan pengerjaannya sudah sesuai RPTKA dan juga perbandingan pekerja China dibanding lokal 1:5,” ujar Ida saat meninjau proyek kereta cepat di Jakarta kemarin.

Dia mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari jumlah pekerja China tersebut karena pemerintah tetap mengutamakan pekerja lokal.

“Kita tetap mengutamakan pekerja lokal dan pekerja China hanya untuk transfer ilmu, pengetahuan, dan teknologi karena mereka yang punya pengalaman proyek kereta cepat, kita belum,” ungkap Ida.

Ida menambahkan, keberadaan TKA China diperlukan karena buku manual, prosedur, dan petunjuk peralatan serta proyek masih dominan menggunakan bahasa China.

“TKA China ini tidak akan lama, maksimal enam bulan dan transfer ilmu dan teknologi sudah diberikan. Yang akan jangka panjang adalah pekerja kita yang lokal,” tegas Ida.

Di bagian lain, pengamat transportasi dari Universitas Gadjah Mada Agus Taufik Mulyono mengatakan, molornya target pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan berpengaruh banyak terhadap ekonomi maupun logistik di masa pandemi Covid-19. Menurut dia, di masa pandemi Covid-19 masyarakat tidak akan berpikir mengenai waktu perjalanan sebab sektor ekonomi juga tidak bisa berjalan 100%.

“Sebenarnya lebih dari itu, kalau cuma berpikir travel time, tidak akan banyak pengaruhnya sebab pandemi Covid-19 itu adalah permasalahan global. Dan, lumrah bahwa semua proyek besar, terutama proyek infrastruktur, bakal molor,” ungkapnya kepada SINDO Media di Jakarta kemarin.

Di masa pandemi Covid-19, kata dia, ekonomi yang digerakkan oleh logistik akan tetap berjalan dengan memanfaatkan jalur eksisting yang ada. (Baca juga: Hilangnya 2 Bangkai Kapal Perang Belanda di Laut Jawa Bukti Melimpahnya Harta Karun)

“Praktis perekonomian juga tidak berjalan 100% karena masih pandemi. Jadi kalau proyek infrastruktur itu molor, ya wajar karena pertimbangan kesehatan,” ujar Agus Taufik yang juga ketua presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.

Dia menjelaskan, isu transportasi akan berbeda jika bicara proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebelum masa pandemi. Saat itu transportasi antara Jakarta-Bandung memang memerlukan transportasi alternatif di luar yang tersedia saat ini seperti jalan tol dan kereta reguler.

“Akan berbeda kalau kita bicara dampak ekonomi sebelum masa pandemi. Jelas Bandung sangat membutuhkan proyek ini sebab di Bandung itu sangat jarang event-event internasional karena permasalahan akses. Lewat jalan tol, macet, naik kereta api juga terbatas,” ungkapnya.

Dia menambahkan, molornya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung masih bisa dimaklumi selama perekonomian berjalan. (Lihat videonya: Kawanan Monyet Liar Serbu Permukiman Warga di Lembang Bandung)

“Meski tidak 100%, tapi sekarang kan fokus pemerintah bagaimana kesehatan itu bisa beriringan dengan produktivitas. Tapi, tidak akan 100%, makanya tidak hanya proyek kereta cepat saja yang ditunda , namun kalau perlu, semua proyek PSN ditunda karena masalah pandemi ini,” pungkasnya.

Anggota DPR Komisi V Muhammad Aras mengaku prihatin dengan tertundanya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Meski begitu, dia memahami langkah pemerintah akibat penundaan karena alasan Covid-19.

“Tapi, harus jelas penundaan itu juga hendaknya memberikan efek positif kepada masyarakat. Misalnya, kalau ada pengalihan anggaran, bisa dialihkan ke program padat karya,” ungkapnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More