Dukung Pembangunan Berkelanjutan, LPKR Kelola Limbah secara Terintegrasi
Kamis, 20 Juli 2023 - 16:43 WIB
JAKARTA - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkomitmen melakukan pengelolaan limbah secara terintegrasi di kawasan perkotaan dan properti yang dikelolanya. Tujuannya menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan pembangunan berkelanjutan .
Group CEO LPKR John Riady mengatakan, pengelolaan limbah sangat penting. Hal ini mengingat volume limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional bisnis, serta aktivitas pelanggan dan penyewa.
"Pendekatan kami terhadap pengelolaan limbah mencakup memaksimalkan efisiensi sumber daya, mengurangi timbulan limbah, dan meningkatkan tingkat daur ulang untuk mendukung ekonomi sirkuler," kata John dalam siaran persnya, Kamis (20/7/2023).
Pengelolaan ini mencakup beragam limbah sesuai lingkup operasional LPKR. Mulai limbah rumah tangga dari area komersial dan perumahan, limbah medis dari rumah sakit, limbah lanskap dari manajemen kota, dan limbah konstruksi dari pengembangan proyek.
"Saat ini kami bekerja sama dengan vendor untuk meningkatkan proses pelaporan limbah dan kualitas data. Hal ini memungkinkan melacak limbah yang kami hasilkan secara sistematis dan mengidentifikasi area untuk perbaikan," ujarnya.
Limbah non-B3 biasanya dikumpulkan dan disortir di lokasi oleh manajer aset dan layanan Divisi Manajemen Kota (TMD), sebelum diambil oleh vendor dan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara setempat (TPS). Untuk mengurangi jejak ekologis, LPKR juga melibatkan masyarakat untuk meningkatkan praktik pengelolaan sampah di TPS.
Termasuk menyediakan dana dan dukungan infrastruktur bila diperlukan. Misalnya, tahun lalu LPKR menginvestasikan Rp100 juta untuk membersihkan dan meningkatkan pengelolaan TPS setempat yang mengumpulkan sampah dari kawasan Tanjung Bunga di Makassar.
Limbah B3 juga merupakan hasil yang tercipta dari operasi bisnis LPKR, dengan bisnis layanan kesehatan berkontribusi sekitar 72,3% pada 2022. LPKR telah menerapkan protokol dan pedoman yang ketat untuk memastikan pengelolaan limbah B3 yang aman. “Karena penanganan limbah B3 yang tidak tepat berdampak buruk bagi kesehatan, keselamatan, dan juga lingkungan,” ujarnya.
Di Siloam misalnya, semua limbah medis dan limbah lainnya yang dianggap berbahaya dan/atau berpotensi menular ditangani dengan hati-hati. Contohnya limbah yang dihasilkan dari perawatan pasien Covid-19. Setiap limbah B3 yang tidak dapat didaur ulang dikumpulkan oleh vendor pihak ketiga untuk dibakar.
Group CEO LPKR John Riady mengatakan, pengelolaan limbah sangat penting. Hal ini mengingat volume limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional bisnis, serta aktivitas pelanggan dan penyewa.
"Pendekatan kami terhadap pengelolaan limbah mencakup memaksimalkan efisiensi sumber daya, mengurangi timbulan limbah, dan meningkatkan tingkat daur ulang untuk mendukung ekonomi sirkuler," kata John dalam siaran persnya, Kamis (20/7/2023).
Pengelolaan ini mencakup beragam limbah sesuai lingkup operasional LPKR. Mulai limbah rumah tangga dari area komersial dan perumahan, limbah medis dari rumah sakit, limbah lanskap dari manajemen kota, dan limbah konstruksi dari pengembangan proyek.
"Saat ini kami bekerja sama dengan vendor untuk meningkatkan proses pelaporan limbah dan kualitas data. Hal ini memungkinkan melacak limbah yang kami hasilkan secara sistematis dan mengidentifikasi area untuk perbaikan," ujarnya.
Limbah non-B3 biasanya dikumpulkan dan disortir di lokasi oleh manajer aset dan layanan Divisi Manajemen Kota (TMD), sebelum diambil oleh vendor dan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara setempat (TPS). Untuk mengurangi jejak ekologis, LPKR juga melibatkan masyarakat untuk meningkatkan praktik pengelolaan sampah di TPS.
Termasuk menyediakan dana dan dukungan infrastruktur bila diperlukan. Misalnya, tahun lalu LPKR menginvestasikan Rp100 juta untuk membersihkan dan meningkatkan pengelolaan TPS setempat yang mengumpulkan sampah dari kawasan Tanjung Bunga di Makassar.
Limbah B3 juga merupakan hasil yang tercipta dari operasi bisnis LPKR, dengan bisnis layanan kesehatan berkontribusi sekitar 72,3% pada 2022. LPKR telah menerapkan protokol dan pedoman yang ketat untuk memastikan pengelolaan limbah B3 yang aman. “Karena penanganan limbah B3 yang tidak tepat berdampak buruk bagi kesehatan, keselamatan, dan juga lingkungan,” ujarnya.
Di Siloam misalnya, semua limbah medis dan limbah lainnya yang dianggap berbahaya dan/atau berpotensi menular ditangani dengan hati-hati. Contohnya limbah yang dihasilkan dari perawatan pasien Covid-19. Setiap limbah B3 yang tidak dapat didaur ulang dikumpulkan oleh vendor pihak ketiga untuk dibakar.
tulis komentar anda