Dedolarisasi adalah Suatu Keharusan, Sanksi Barat Pemicunya
Senin, 09 Oktober 2023 - 06:56 WIB
SOCHI - Meninggalkan dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan Rusia -China dan beralih ke mata uang nasional adalah langkah yang diperlukan dalam keadaan saat ini. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Shanghai Centre dari Studi Strategis dan Internasional RimPac, Nelson Wong di sela-sela pertemuan Klub Diskusi Valdai di Sochi.
Menurut analis, dedolarisasi bukanlah pilihan yang dibuat oleh kedua negara, melainkan suatu keharusan yang dipaksakan kepada mereka oleh sanksi Barat terkait Ukraina terhadap Moskow. Pembatasan tersebut termasuk memutuskan Rusia dari sistem pesan antar bank SWIFT, yang sangat membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan transaksi internasional.
"Karena sanksi yang dikenakan pada Rusia – keluar dari sistem SWIFT –, sehingga saat ini perdagangan antara China dan Rusia tidak dapat diselesaikan melalui sistem ini. Jadi kami terpaksa mencari langkah-langkah alternatif. Penyelesaian dalam mata uang lokal, baik dalam renminbi atau rubel, pada dasarnya adalah suatu keharusan," kata Wong.
Dia juga mengklaim, bahwa kedua negara adalah mitra alami karena ekonomi mereka cukup saling melengkapi satu sama lain. Dimana China bergantung pada Rusia untuk pasokan gas dan mineral, lalu pada saat yang sama mampu menyediakan produk yang diminati di Rusia.
Namun, ia menekankan bahwa yang lebih penting adalah tujuan kedua negara selaras, dimana keduanya bergerak menuju dunia multipolar di mana AS (Amerika Serikat) tidak akan lagi dapat menarik tali menggunakan mata uangnya.
"Kepemimpinan politik kami ... memiliki pemahaman yang baik satu sama lain dan berbagi pandangan terhadap masa depan dunia, seperti yang diharapkan semua orang untuk lebih adil, lebih menghormati kepentingan setiap negara daripada memiliki satu negara yang mengambil keputusan atau memberi tahu semua orang bagaimana berperilaku," terangnya.
"Inilah yang dimaksud dengan seruan untuk multipolaritas – ini bukan tentang siapa yang akan menjadi kekuatan, ini tentang bagaimana kepentingan setiap negara, besar atau kecil, dihormati," kata Wong.
Baca Juga
Menurut analis, dedolarisasi bukanlah pilihan yang dibuat oleh kedua negara, melainkan suatu keharusan yang dipaksakan kepada mereka oleh sanksi Barat terkait Ukraina terhadap Moskow. Pembatasan tersebut termasuk memutuskan Rusia dari sistem pesan antar bank SWIFT, yang sangat membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan transaksi internasional.
"Karena sanksi yang dikenakan pada Rusia – keluar dari sistem SWIFT –, sehingga saat ini perdagangan antara China dan Rusia tidak dapat diselesaikan melalui sistem ini. Jadi kami terpaksa mencari langkah-langkah alternatif. Penyelesaian dalam mata uang lokal, baik dalam renminbi atau rubel, pada dasarnya adalah suatu keharusan," kata Wong.
Dia juga mengklaim, bahwa kedua negara adalah mitra alami karena ekonomi mereka cukup saling melengkapi satu sama lain. Dimana China bergantung pada Rusia untuk pasokan gas dan mineral, lalu pada saat yang sama mampu menyediakan produk yang diminati di Rusia.
Namun, ia menekankan bahwa yang lebih penting adalah tujuan kedua negara selaras, dimana keduanya bergerak menuju dunia multipolar di mana AS (Amerika Serikat) tidak akan lagi dapat menarik tali menggunakan mata uangnya.
"Kepemimpinan politik kami ... memiliki pemahaman yang baik satu sama lain dan berbagi pandangan terhadap masa depan dunia, seperti yang diharapkan semua orang untuk lebih adil, lebih menghormati kepentingan setiap negara daripada memiliki satu negara yang mengambil keputusan atau memberi tahu semua orang bagaimana berperilaku," terangnya.
"Inilah yang dimaksud dengan seruan untuk multipolaritas – ini bukan tentang siapa yang akan menjadi kekuatan, ini tentang bagaimana kepentingan setiap negara, besar atau kecil, dihormati," kata Wong.
tulis komentar anda