Wall Street Pekan Depan Diprediksi Bergejolak, Investor Cari Saham Defensif

Minggu, 22 Oktober 2023 - 09:01 WIB
Wall Street pekan depan diprediksi bakal diwarnai oleh meningkatnya volatilitas di pasar. Foto/Ilustrasi/Dok.
JAKARTA - Wall Street pekan depan diprediksi bakal diwarnai meningkatnya volatilitas di saham-saham Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor melakukan pencarian aset-aset defensif. Namun demikian, investor kemungkinan hanya memiliki lebih sedikit pilihan aset aman untuk saat ini.

Mengutip Reuters, ukuran kegelisahan investor yang paling diawasi di Wall Street, Indeks Volatilitas Cboe (.VIX), pada hari Jumat (20/10) mencapai level tertinggi dalam hampir tujuh bulan, seiring penurunan S&P 500 selama seminggu. Indeks saham acuan ini turun 8% dibandingkan akhir bulan Juli, ketika mencapai titik tertingginya tahun ini, meskipun masih naik 10% pada tahun ini.

Aset yang dapat membantu investor mengatasi gejolak pasar kemungkinan terbatas. Sektor-sektor ekuitas seperti utilitas dan kebutuhan pokok konsumen, yang populer di kalangan investor yang gelisah ketika pasar bergejolak, tercatat terkena dampak penurunan S&P 500 baru-baru ini.





Yen Jepang berada pada titik terendah terhadap dolar dalam waktu sekitar satu tahun. Sementara, obligasi pemerintah AS berada di jalur penurunan tahunan ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun – yang bergerak berbanding terbalik dengan harga obligasi – berada pada level tertinggi sejak tahun 2007. Hal ini membuat investor menumpuk aset-aset safe-haven tradisional lainnya seperti dolar dan emas, serta utang jangka pendek.

"Namun demikian, tidak diragukan lagi ini merupakan lingkungan yang menantang bagi portofolio yang terdiversifikasi dengan baik," kata Angelo Kourkafas, Ahli Strategi Investasi Senior di Edward Jones. Mengenai Treasury, dia mengatakan bahwa aset safe haven yang ada saat ini belum tentu memberikan keuntungan, atau pun memberikan banyak perlindungan dari volatilitas.

Investor dinilai memiliki banyak alasan untuk gelisah. Naiknya imbal hasil obligasi telah mengurangi selera risiko, meningkatkan biaya modal bagi perusahaan dan menawarkan persaingan investasi pada saham. Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Kamis mengatakan perekonomian AS yang lebih kuat dari perkiraan mungkin memerlukan kebijakan yang lebih ketat.

Kemudian, kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah akan meluas juga telah membuat investor semakin cemas. Sementara laporan pendapatan Tesla yang lebih lemah dari perkiraan minggu ini juga memperburuk suasana.

Volatilitas saham juga disertai dengan peningkatan gejolak di pasar Treasury. Indeks MOVE yang mengukur ekspektasi volatilitas pada Treasury AS, mendekati level tertinggi dalam empat bulan. "Ketika suku bunga meningkat pada tingkat yang sama dan situasi geopolitik seperti ini, Anda dihadapkan pada volatilitas," ujar Brent Kochuba, pendiri layanan analisis opsi SpotGamma.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More