HIMKI Optimalkan Pasar di Luar Eropa dan Amerika Serikat
Senin, 23 Oktober 2023 - 10:58 WIB
JAKARTA - Saat ini industri mebel dan kerajinan nasional tengah memperluas pasar di luar pasar Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan karena turunnya tren permintaan di kedua wilayah tersebut akibat situasi ekonomi dan geopolitik yang berimbas pada terkoreksinya nilai ekspor .
Pasar yang coba dimaksimalkan di antaranya Timur Tengah, India, China, Afrika, Jepang, dan ASEAN. ”Timur Tengah digadang-gadang akan mampu menjadi negara tujuan ekspor produk furnitur dan kerajinan, selain Amerika Serikat dan Eropa,” kata Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia ( HIMKI ) Abdul Sobur dalam siaran persnya, Senin (23/10/2023).
Ke depan pasar terbesar justru akan lebih dinamis, tidak lagi melulu Amerika Serikat dan Eropa melainkan juga Asia termasuk Timur Tengah, Afrika, dan lainnya. Adanya komitmen dari Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang ingin menjadikan Timur Tengah sebagai New Eropa tentu memerlukan pembangunan infrastruktur, termasuk properti yang masif.
Oleh karena itu, industri furnitur memiliki peran strategis guna memenuhi kebutuhan melengkapi pembangunan tersebut. Sejumlah negara di Timur Tengah seperti Qatar, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab, dan negara-negara kawasan tengah giat melakukan percepatan pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada kebutuhan furniture, kerajinan, dan home decor dalam jumlah banyak.
Kawasan emerging market selanjutnya adalah India, negara dengan pertumbuhan yang sangat pesat. India akan terus tumbuh selama dekade berikutnya seiring dengan perluasan infrastruktur yang menghubungkan kota-kota besar. ”Serta ada program pemerintah yang mendorong pembangunan kawasan perumahan baru serta pertumbuhan jumlah kawasan perkantoran,” ujarnya.
Kawasan lainnya adalah Afrika, yang selama ini masih belum termaksimalkan dan mulai menjadi bagian dari penetrasi pasar. Kawasan Asia lain, seperti China mempunyai potensi untuk ditembus. ”Meskipun kita ketahui bahwa China merupakan produsen furnitur terkemuka dunia, namun, secara ciri, produk mereka lebih beriorentasi masif (mass product),” jelasnya.
Sementara itu, pasar ASEAN termasuk Filipina, merupakan pasar emerging market selanjutnya yang perlu dicermati secara serius. Apalagi dengan adanya ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang mendukung iklim perdagangan di wilayah ASEAN semakin menguntungkan, karena adanya penurunan tarif barang dagang serta pajak bagi negara-negara di Asia Tenggara.
Sekretaris Jenderal HIMKI Maskur Zaenuri mengatakan, target ekspor kerajinan nasional sebesar USD5 miliar pada 2024. Target itu bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar. Mulai dari ketersediaan bahan baku, peluang pasar yang terus tumbuh, dan didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
Selain itu, saat ini peluang pasar global masih terbuka dan terus bertumbuh didorong maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional. Namun demikian di balik potensi yang besar tersebut sampai saat ini para pelaku industri masih dihadapkan pada berbagai permasalahan.
”Mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan, terbatasnya promosi pemasaran, belum berkembangnya kualitas produk dan desain, kurangnya ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai, penggunaan teknologi tinggi, hingga akses permodalan yang masih terkendala,” jelasnya.
Pasar yang coba dimaksimalkan di antaranya Timur Tengah, India, China, Afrika, Jepang, dan ASEAN. ”Timur Tengah digadang-gadang akan mampu menjadi negara tujuan ekspor produk furnitur dan kerajinan, selain Amerika Serikat dan Eropa,” kata Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia ( HIMKI ) Abdul Sobur dalam siaran persnya, Senin (23/10/2023).
Ke depan pasar terbesar justru akan lebih dinamis, tidak lagi melulu Amerika Serikat dan Eropa melainkan juga Asia termasuk Timur Tengah, Afrika, dan lainnya. Adanya komitmen dari Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang ingin menjadikan Timur Tengah sebagai New Eropa tentu memerlukan pembangunan infrastruktur, termasuk properti yang masif.
Oleh karena itu, industri furnitur memiliki peran strategis guna memenuhi kebutuhan melengkapi pembangunan tersebut. Sejumlah negara di Timur Tengah seperti Qatar, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab, dan negara-negara kawasan tengah giat melakukan percepatan pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada kebutuhan furniture, kerajinan, dan home decor dalam jumlah banyak.
Kawasan emerging market selanjutnya adalah India, negara dengan pertumbuhan yang sangat pesat. India akan terus tumbuh selama dekade berikutnya seiring dengan perluasan infrastruktur yang menghubungkan kota-kota besar. ”Serta ada program pemerintah yang mendorong pembangunan kawasan perumahan baru serta pertumbuhan jumlah kawasan perkantoran,” ujarnya.
Kawasan lainnya adalah Afrika, yang selama ini masih belum termaksimalkan dan mulai menjadi bagian dari penetrasi pasar. Kawasan Asia lain, seperti China mempunyai potensi untuk ditembus. ”Meskipun kita ketahui bahwa China merupakan produsen furnitur terkemuka dunia, namun, secara ciri, produk mereka lebih beriorentasi masif (mass product),” jelasnya.
Sementara itu, pasar ASEAN termasuk Filipina, merupakan pasar emerging market selanjutnya yang perlu dicermati secara serius. Apalagi dengan adanya ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang mendukung iklim perdagangan di wilayah ASEAN semakin menguntungkan, karena adanya penurunan tarif barang dagang serta pajak bagi negara-negara di Asia Tenggara.
Sekretaris Jenderal HIMKI Maskur Zaenuri mengatakan, target ekspor kerajinan nasional sebesar USD5 miliar pada 2024. Target itu bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar. Mulai dari ketersediaan bahan baku, peluang pasar yang terus tumbuh, dan didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
Selain itu, saat ini peluang pasar global masih terbuka dan terus bertumbuh didorong maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional. Namun demikian di balik potensi yang besar tersebut sampai saat ini para pelaku industri masih dihadapkan pada berbagai permasalahan.
”Mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan, terbatasnya promosi pemasaran, belum berkembangnya kualitas produk dan desain, kurangnya ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai, penggunaan teknologi tinggi, hingga akses permodalan yang masih terkendala,” jelasnya.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda