Ekonomi RI Ambyar -5,32%, Awas Makin Banyak PHK!
Rabu, 05 Agustus 2020 - 13:19 WIB
JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet ikut menyoroti ambyarnya ekonomi RI yang terkontraksi mencapai -5,32%. Menurut dia, apabila dilihat dari indikator-indikator utama sebenarnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi ini merupakan keniscayaan.
"Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi banyak didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT), " ujar Yusuf saat berbincang dengan SINDOnews, di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia sepanjang Maret sampai dengan Juni, indikator utama yang menunjukkan konsumsi rumah tangga menunjukkan pelemahan, misalnya adalah indeks penjualan riil yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), dimana indeksnya menunjukkan tren penurunan dalam periode waktu Maret-Juni 2020. "Sementara dari lapangan usaha, perlambatan sektor manufaktur sudah terlihat dari terkontrakasinya level indeks PMI Nikkei sejak Maret. Terbukti pada rilis BPS yang menunjukkan industri manufaktur terkontraksi hingga -6%," tambahnya.
Dia menandaskan bahwa yang perlu diperhatikan saat ini bagaimana mendorong ekonomi agar tidak terjadi lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga mampu menekan pengangguran yang lebih banyak lagi. "Sehingga, angka potensi bertambahnya angka penduduk miskin dan pengangguran kemungkinan bisa lebih besar dari prediksi yang diajukan pemerintah," jelasnya.
"Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi banyak didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT), " ujar Yusuf saat berbincang dengan SINDOnews, di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia sepanjang Maret sampai dengan Juni, indikator utama yang menunjukkan konsumsi rumah tangga menunjukkan pelemahan, misalnya adalah indeks penjualan riil yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), dimana indeksnya menunjukkan tren penurunan dalam periode waktu Maret-Juni 2020. "Sementara dari lapangan usaha, perlambatan sektor manufaktur sudah terlihat dari terkontrakasinya level indeks PMI Nikkei sejak Maret. Terbukti pada rilis BPS yang menunjukkan industri manufaktur terkontraksi hingga -6%," tambahnya.
Dia menandaskan bahwa yang perlu diperhatikan saat ini bagaimana mendorong ekonomi agar tidak terjadi lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga mampu menekan pengangguran yang lebih banyak lagi. "Sehingga, angka potensi bertambahnya angka penduduk miskin dan pengangguran kemungkinan bisa lebih besar dari prediksi yang diajukan pemerintah," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda