Ekonomi RI Ambyar -5,32%, Awas Jurang Resesi!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede meminta pemerintah hati-hati dengan kontrakasi ekonomi mencapai -5,32%. Pertumbuhan ekonomi negaif tersebut berpotensi menuntun Indonesia masuk jurang resesi.
"Probabilitas risiko resesi semakin besar mempertimbangkan kinerja perekonomian kuartal II/2020 melambat -5,32% sementara progres penyerapan belanja atau stimulus penanganan Covid-19 dan PEN juga masih rendah," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia yang perlu dilakukan mengoptimalkan penyerapan belanja pemerintah dan mengimplementasikan secara cepat stimulus ekonomi akibat terdampak Covid-19. Upaya itu diharapkan mampu mendorong kinerja perekonomian pada kuartal III/2020 sehingga terhindar dari resesi ekonomi. "Oleh sebab itu, langkah untuk mendorong ekonomi melalui percepatan stimulus belanja pemerintah dengan tetap mendorong peningkatan produktivitas yang memiliki multiplier effect terhadap permintaan dan konsumsi masyarakat," katanya.
Dia menambahkan secara umum, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 sesuai ekspektasi di mana konsumsi rumah tangga dan investasi juga mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat terkontraksi ke kisaran -5,51% (year on year/yoy) dari kuartal sebelumnya 2,84% yoy. "Sektor-sektor dari sisi produksi yang diperkirakan menurun signfikan dan bahkan tercatat terkontraksi, antara lain sektor perdagangan dan manufaktur," tandas dia.
"Probabilitas risiko resesi semakin besar mempertimbangkan kinerja perekonomian kuartal II/2020 melambat -5,32% sementara progres penyerapan belanja atau stimulus penanganan Covid-19 dan PEN juga masih rendah," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia yang perlu dilakukan mengoptimalkan penyerapan belanja pemerintah dan mengimplementasikan secara cepat stimulus ekonomi akibat terdampak Covid-19. Upaya itu diharapkan mampu mendorong kinerja perekonomian pada kuartal III/2020 sehingga terhindar dari resesi ekonomi. "Oleh sebab itu, langkah untuk mendorong ekonomi melalui percepatan stimulus belanja pemerintah dengan tetap mendorong peningkatan produktivitas yang memiliki multiplier effect terhadap permintaan dan konsumsi masyarakat," katanya.
Dia menambahkan secara umum, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 sesuai ekspektasi di mana konsumsi rumah tangga dan investasi juga mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat terkontraksi ke kisaran -5,51% (year on year/yoy) dari kuartal sebelumnya 2,84% yoy. "Sektor-sektor dari sisi produksi yang diperkirakan menurun signfikan dan bahkan tercatat terkontraksi, antara lain sektor perdagangan dan manufaktur," tandas dia.
(nng)