Jika Rupiah Tembus Rp20 Ribu, Akademisi Proyeksikan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 3%

Senin, 06 November 2023 - 15:19 WIB
Dari hasil stress test yang dilakukan oleh akademisi, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh di angka 3% dengan batas asumsi nilai rupiah Rp20 ribu per USD. Foto/Dok
JAKARTA - Dari hasil stress test yang dilakukan oleh akademisi, ekonomiIndonesia diproyeksikantumbuh di angka 3% denganbatas asumsi nilai rupiah Rp20 ribu per dolar Amerik Serikat (USD) serta asumsi harga minyak melesat USD150 per barel.Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Telisa Falianty menjelaskan, konflik perang yang belakangan terjadi baik invasi Rusia ke Ukraina hingga konflik Israel - Palestina bakal memberikan ancaman buruk terhadap perekonomian global.



Salah satu dampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia adalah nilai tukar yang melemah hingga kenaikan harga minyak dunia."Kalau kurs rupiah ke Rp20 ribu/dollar, minyak USD150 perbarel, itu memang turun. Tapi kita masih bisa tetap tumbuh di angka 3%. Jadi Indonesia masih tetap tumbuh positif," ujar Telisa dalam Market Review IDXChannel, Senin (6/11/2023).





Sedangkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 4% bisa tercapai dengan asumsi nilai tukar Rp18.000 per USD dengan harga minyak USD120 perbarel. Sehingga menurutnya perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh positif di tengah adanya acaman ekonomi global.

"Kalau dari hasil kita, terhadap pertumbuhan ekonomi, jika terjadi shcok gabungan, misalnya rupiah paling buruk Rp18 ribu/dollar dan harga minyak USD100/barel, sekarang masih USD90/barel, itu pertumbuhan ekonomi kita bisa menjadi turun sebesar 0,66% jadi kalau prediksi sebelumnya 5% itu akan turun ke 4,34%," kata Telisa.

"Artinya apa, masih tumbuh, cuma tidak 5%. Kalau misalkan hargai minyak naik menjadi USD130 perbarel, maka juga akan turun 0,7% jadi artinya kalau dari 5% maka pertumbuhan ekonomi jadi 4,3%," sambungnya.

Sebelumnya Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023 ini berada diatas 5%. Angka pertumbuhan tersebut didasarkan pada pertimbangan dinamika perekonomian nasional terkini, agenda pembangunan yang akan dicapai, serta potensi risiko dan tantangan yang dihadapi.

"Cuma kita khawatirkan, itu kan secara fundamental, kalau di Market itu yang kita khawatirkan spekulatif attack nya sih, kemudian itu busa menghancurkan fundamental yang resilient tadi. Jadi yang tumbuh itu kan di sektor rill, tetapi sektor keuangan itu karakteristik berbeda," pungkas Telisa.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More