Banking Consumer Megashifts
Sabtu, 08 Agustus 2020 - 08:11 WIB
Tapi, tentu saja itu tak bisa dilakukan secara sembrono. Bank harus tahu persoalan unik dari masing-masing nasabah dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut bersama-sama secara efektif. Ketika nasabah sakit, bank harus bisa menjadi dokter yang mumpuni.
#7. Welcome CASHLESS society
Covid-19 memaksa konsumen mengurangi transaksi tunai. Sebelum pandemi tren ke arah cashless transaction ini sudah menggeliat, namun rupanya Covid-19 mempercepat proses ini. Alasannya jelas, untuk mengurangi potensi penularan virus. Itu dari sisi konsumen. Dari sisi produsen, kini toko, restoran, hingga hotel mulai menggunakan cashless sebagai alat branding untuk memulihkan kepercayaan konsumen dan memberikan jaminan keamanan kepada mereka.
Tak hanya itu, smartphone dan beragam aplikasi di dalamnya kini semakin “memakan” fungsi uang tunai untuk melakukan berbagai transaksi keuangan. Beragam transaksi kini bisa dilakukan melalui smartphone kita. Dari berbelanja, menabung, meminjam uang, membayar tagihan, membayar cicilan, bahkan kegiatan lainnya. Welcome cashless society. (Lihat videonya: Melanggar Protokol Kesehatan, 31 Perkantoran Ditutup Sementara)
#10. RESPONSIBLE Banking Matters
Kini kita berada di ambang resesi saat ekonomi berkontraksi dua kuartal berturut-turut. Di tengah resesi masyarakat berada dalam kondisi sulit. By-default bank memiliki posisi penting dalam memulihkan ekonomi dengan membantu rumah tangga, pelaku usaha kecil-menengah, dan pemain bisnis besar dalam menyelesaikan masalah keuangan dan bisnisnya melewati krisis.
Di sinilah konsep “responsible bank” menjadi relevan di tengah pandemi. Bank harus berperan aktif membantu pelaku ekonomi baik di sektor rumah tangga, UKM, dan korporat dalam melewati badai krisis pandemi dengan berbagai instrumen pemulihan yang solutif. Bank tak lagi bisa menggunakan pendekatan selfish seperti sebelumnya, tapi harus mulai meredefinisinya menjadi pendekatan baru yang lebih empatik, solutif, dan bertanggung jawab dalam memulihkan bisnis dan ekonomi.
#7. Welcome CASHLESS society
Covid-19 memaksa konsumen mengurangi transaksi tunai. Sebelum pandemi tren ke arah cashless transaction ini sudah menggeliat, namun rupanya Covid-19 mempercepat proses ini. Alasannya jelas, untuk mengurangi potensi penularan virus. Itu dari sisi konsumen. Dari sisi produsen, kini toko, restoran, hingga hotel mulai menggunakan cashless sebagai alat branding untuk memulihkan kepercayaan konsumen dan memberikan jaminan keamanan kepada mereka.
Tak hanya itu, smartphone dan beragam aplikasi di dalamnya kini semakin “memakan” fungsi uang tunai untuk melakukan berbagai transaksi keuangan. Beragam transaksi kini bisa dilakukan melalui smartphone kita. Dari berbelanja, menabung, meminjam uang, membayar tagihan, membayar cicilan, bahkan kegiatan lainnya. Welcome cashless society. (Lihat videonya: Melanggar Protokol Kesehatan, 31 Perkantoran Ditutup Sementara)
#10. RESPONSIBLE Banking Matters
Kini kita berada di ambang resesi saat ekonomi berkontraksi dua kuartal berturut-turut. Di tengah resesi masyarakat berada dalam kondisi sulit. By-default bank memiliki posisi penting dalam memulihkan ekonomi dengan membantu rumah tangga, pelaku usaha kecil-menengah, dan pemain bisnis besar dalam menyelesaikan masalah keuangan dan bisnisnya melewati krisis.
Di sinilah konsep “responsible bank” menjadi relevan di tengah pandemi. Bank harus berperan aktif membantu pelaku ekonomi baik di sektor rumah tangga, UKM, dan korporat dalam melewati badai krisis pandemi dengan berbagai instrumen pemulihan yang solutif. Bank tak lagi bisa menggunakan pendekatan selfish seperti sebelumnya, tapi harus mulai meredefinisinya menjadi pendekatan baru yang lebih empatik, solutif, dan bertanggung jawab dalam memulihkan bisnis dan ekonomi.
(ysw)
tulis komentar anda