Andalkan Impor, Program Susu Gratis Dinilai Lukai Peternak Lokal
Rabu, 17 Januari 2024 - 18:56 WIB
JAKARTA - Program susu gratis yang diusung pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dipandang akan membuat para peternak lokal menderita. Pasalnya, program itu mengandalkan impor sapi perah yang akan disuplai dari negara lain.
Kendati program tersebut positif, Ketua Bidang UKM dan Koperasi DPP Partai Perindo Djoni Rolindrawan menyebut, program susu gratis dengan mengandalkan impor itu justru akan membuat peternak lokal menderita.
Daripada mengimpor, menurutnya cara terbaik menyediakan pasokan susu adalah dengan melakukan inseminasi buatan. Dimana, teknik ini dilakukan pada sapi betina produktif atau di usia produktif, yakni 15-18 bulan. Data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Djoni, menunjukkan ketersediaan sapi perah kurang 600.000 ekor. Dari jumlah itu, sebagiannya bisa diintensifkan dengan teknik inseminasi.
"Program susu gratis itu memang bagus, hanya saja, saya juga sempat baca-baca di data BPS ya, jadi ketersediaan sapi perah itu kan baru kurang dari 600.000 ekor, nah itu saya kira bisa diintensifkan," papar Djoni saat Podcast Aksi Nyata, Selasa (16/1/2024).
Djoni mengatakan, inseminasi buatan merupakan pilihan terbaik untuk menekan impor sapi perah. Selain juga membantu para peternak di Tanah Air. “Jangan impor sapinya lah, mungkin kalau untuk inseminasi itu saya kira lebih tepat gitu ya, karena juga mungkin dari segi neraca perdagangan kita juga tidak terlalu mengeluarkan banyak devisa gitu ya,” lanjut dia.
Djoni mengingatkan, Indonesia memiliki ketersediaan pangan, hijauan, konsentrat, dan sumber daya lain yang dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak atau menyehatkan jumlah sapi. Impor sapi menurutnya bukanlah jalan terbaik.
“Walaupun saya bukan ahli peternakan, tapi kalau dilihat dari bumi kita gitu ya, apa sih yang tidak ada di kita, dari mulai ketersediaan pangan, hijauan daun rumput dan lain-lain, maupun konsentrat saya kira kita bahan bakunya kita memadai gitu,” tandasnya.
Kendati program tersebut positif, Ketua Bidang UKM dan Koperasi DPP Partai Perindo Djoni Rolindrawan menyebut, program susu gratis dengan mengandalkan impor itu justru akan membuat peternak lokal menderita.
Daripada mengimpor, menurutnya cara terbaik menyediakan pasokan susu adalah dengan melakukan inseminasi buatan. Dimana, teknik ini dilakukan pada sapi betina produktif atau di usia produktif, yakni 15-18 bulan. Data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Djoni, menunjukkan ketersediaan sapi perah kurang 600.000 ekor. Dari jumlah itu, sebagiannya bisa diintensifkan dengan teknik inseminasi.
"Program susu gratis itu memang bagus, hanya saja, saya juga sempat baca-baca di data BPS ya, jadi ketersediaan sapi perah itu kan baru kurang dari 600.000 ekor, nah itu saya kira bisa diintensifkan," papar Djoni saat Podcast Aksi Nyata, Selasa (16/1/2024).
Djoni mengatakan, inseminasi buatan merupakan pilihan terbaik untuk menekan impor sapi perah. Selain juga membantu para peternak di Tanah Air. “Jangan impor sapinya lah, mungkin kalau untuk inseminasi itu saya kira lebih tepat gitu ya, karena juga mungkin dari segi neraca perdagangan kita juga tidak terlalu mengeluarkan banyak devisa gitu ya,” lanjut dia.
Djoni mengingatkan, Indonesia memiliki ketersediaan pangan, hijauan, konsentrat, dan sumber daya lain yang dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak atau menyehatkan jumlah sapi. Impor sapi menurutnya bukanlah jalan terbaik.
“Walaupun saya bukan ahli peternakan, tapi kalau dilihat dari bumi kita gitu ya, apa sih yang tidak ada di kita, dari mulai ketersediaan pangan, hijauan daun rumput dan lain-lain, maupun konsentrat saya kira kita bahan bakunya kita memadai gitu,” tandasnya.
(fjo)
tulis komentar anda