Rupiah Hari Ini Bertengger ke Rp15.623/USD, Begini Kata Pengamat Mata Uang
Kamis, 18 Januari 2024 - 16:09 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga perdagangan sore hari ini, Kamis (18/1/2024) terpantau menguat tipis. Kurs rupiah hari ini berakhir naik 19 poin menjadi Rp15.623/USD setelah sebelumnya berada di posisi Rp15.643 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan kurs rupiah didorong ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga telah membantu dolar pulih pada tahun ini setelah terpukul keras pada akhir tahun 2023 setelah sikap dovish The Fed pada pertemuan FOMC bulan Desember.
"Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret telah berkurang menjadi peluang 62,2% dibandingkan perkiraan 76,9% di sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME. Penjualan ritel AS akan dirilis pada Rabu malam, dan akan diawasi dengan ketat untuk mengetahui indikasi bahwa belanja konsumen – pendorong utama pertumbuhan ekonomi – tetap tangguh dalam menghadapi kenaikan suku bunga," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Selain itu, inflasi harga konsumen Inggris naik untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada bulan Desember, meningkat menjadi 4,0% secara tahunan dari level terendah dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,9% pada bulan November. Hal ini mengakibatkan para pedagang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Bank of England dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terbukti lebih kaku dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Ada komentar hawkish dari sejumlah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mengenai perlunya menyelesaikan tugas mengendalikan inflasi. Inflasi konsumen zona Euro diperkirakan akan terkonfirmasi pada sesi ini dengan kenaikan menjadi 2,9% pada bulan Desember, dari 2,4% pada bulan sebelumnya, membalikkan penurunan enam bulan berturut-turut.
Di Asia, Ekonomi China tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5% untuk pertumbuhan pada tahun 2023. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pasca-COVID hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi Tiongkok pada tahun 2024.
Dari sentimen domestik, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan, bahwa ruang penurunan suku bunga acuan BI masih terbuka. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan moneter yang pro stabilitas dan sistem pembayaran yang pro growth.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6 persen. Dengan mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Meski demikian, ada sejumlah kriteria untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga. Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah. Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi inti dan inflasi pangan. Serta ketiga, perkembangan dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan pelemahan di rentang Rp15.600 - Rp15.670.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan kurs rupiah didorong ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga telah membantu dolar pulih pada tahun ini setelah terpukul keras pada akhir tahun 2023 setelah sikap dovish The Fed pada pertemuan FOMC bulan Desember.
"Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret telah berkurang menjadi peluang 62,2% dibandingkan perkiraan 76,9% di sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME. Penjualan ritel AS akan dirilis pada Rabu malam, dan akan diawasi dengan ketat untuk mengetahui indikasi bahwa belanja konsumen – pendorong utama pertumbuhan ekonomi – tetap tangguh dalam menghadapi kenaikan suku bunga," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Selain itu, inflasi harga konsumen Inggris naik untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada bulan Desember, meningkat menjadi 4,0% secara tahunan dari level terendah dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,9% pada bulan November. Hal ini mengakibatkan para pedagang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Bank of England dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terbukti lebih kaku dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Ada komentar hawkish dari sejumlah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mengenai perlunya menyelesaikan tugas mengendalikan inflasi. Inflasi konsumen zona Euro diperkirakan akan terkonfirmasi pada sesi ini dengan kenaikan menjadi 2,9% pada bulan Desember, dari 2,4% pada bulan sebelumnya, membalikkan penurunan enam bulan berturut-turut.
Di Asia, Ekonomi China tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5% untuk pertumbuhan pada tahun 2023. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pasca-COVID hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi Tiongkok pada tahun 2024.
Dari sentimen domestik, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan, bahwa ruang penurunan suku bunga acuan BI masih terbuka. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan moneter yang pro stabilitas dan sistem pembayaran yang pro growth.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6 persen. Dengan mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Meski demikian, ada sejumlah kriteria untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga. Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah. Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi inti dan inflasi pangan. Serta ketiga, perkembangan dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup lanjutkan pelemahan di rentang Rp15.600 - Rp15.670.
(akr)
tulis komentar anda