Pasang PLTS Atap 9,3 MWp, GRP Kelola Risiko dan Peluang terkait Iklim

Jum'at, 23 Februari 2024 - 15:51 WIB
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), kembali tunjukkan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon dengan melakukan pengukuhan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) tahap II. Foto/Dok
CIKARANG - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) , kembali tunjukkan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon dengan melakukan pengukuhan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap ( PLTS Atap ) tahap II yang terpasang di area operasional perusahaan.



Tahap ke II dari PLTS atap ini diresmikan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Ir. Mohamad Priharto Dwinugroho, M.S.E., beserta jajaran manajemen GRP, TotalEnergies ENEOS, PLN UPT Bekasi dan PLN UP3 Cikarang.

Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen GRP sebagai bagian dari strategi Net Zero yang telah diumumkan sebelumnya. Dengan peresmian ini, total kapasitas listrik terpasang dari energi surya yang berasal dari GRP mencapai 9,3 MWp (Megawatt Peak), menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat.





Tahap 1 memiliki kapasitas sebesar 0,9 MWp, sementara tahap 2 memiliki kapasitas sebesar 8,4 MWp. GRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada tahun 2025 serta diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 47.400 ton per tahun.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir. Mohamad Priharto Dwinugroho, M.S.E., mengapresiasi inisiatif GRP. Ia menyatakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, dan pencapaian target bauran energi nasional sebesar 23% dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun 2025.

"Salah satu program strategis dalam upaya ini adalah pengembangan PLTS Atap secara luas. Tindakan yang diambil oleh GRP adalah contoh nyata dari kepedulian lingkungan, serta merupakan kontribusi swasta dalam mendukung tujuan pemerintah," ungkap Mohamad Priharto.

Industri baja memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, konsumsi baja dalam negeri selama lima tahun terakhir mencapai rata-rata 15,62 juta ton per tahun. Namun, tantangan baru muncul bagi industri baja akibat komitmen global untuk mencapai target net zero emisi karbon pada pertengahan abad ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More