Menterinya Pak Jokowi Ini Pede Lho! Katanya, Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif
Jum'at, 14 Agustus 2020 - 17:45 WIB
JAKARTA - Tercatat pada kuartal II- 2020, ekonomi Indonesia tumbuh negatif sebesar -5,32% sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Namun, dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2021, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa dirinya optimis perekonomian Indonesia bakal menunjukkan angka positif. "Kalau kita lihat, beberapa indikator dari tren perekonomian sudah menunjukkan ke arah positif," ujar Airlangga di Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Beberapa stock market, lanjut dia, sudah kembali mendekati ke angka Rp81 triliun dari Rp90 triliun. Dia mengatakan, pandemi ini menunjukkan level terburuk di periode akhir Maret hingga awal April 2020, dimana seluruh cap berada di bawah.
"Namun kita lihat, beberapa level sudah naik. Purchasing Managers' Index (PMI) seluruhnya sudah naik, harga minyak dunia relatif naik, tembaga aluminium juga sudah naik, bahkan CPO Indonesia (MYR/MT) naik, dan sudah mencapai 2.840. Ini sudah menunjukkan harganya relatif baik," tambah Airlangga.
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa pertumbuhan negatif ekonomi baik di Sumatera maupun Kalimantan relatif tidak sedalam di pulau Jawa. "Per sektor, ada beberapa sektor yang menjadi pengungkit ekonomi. Pertambangan mulai menunjukkan tren positif, beberapa sektor lain seperti keuangan, pendidikan, pertanian, dan properti juga. Properti bisa menjadi salah satu sektor dengan multiplier effect yang besar, termasuk infrastruktur," ungkap Airlangga.
Secara ekonomi domestik, data penjualan kendaraan bermotor sudah naik, begitu pula dengan penjualan retail, indeks keyakinan konsumen, dan juga survei keyakinan pada dunia usaha (SKDU). "SKDU sudah mulai bergerak positif dari yang tadinya -13,1 ke -5,1. Selain itu, di perbankan, restrukturisasi korporasi sudah 17%, dan untuk UMKM sekitar 50-55%. Trennya semua sudah relatif membaik seiring kegiatan di global," pungkas Airlangga.
Beberapa stock market, lanjut dia, sudah kembali mendekati ke angka Rp81 triliun dari Rp90 triliun. Dia mengatakan, pandemi ini menunjukkan level terburuk di periode akhir Maret hingga awal April 2020, dimana seluruh cap berada di bawah.
"Namun kita lihat, beberapa level sudah naik. Purchasing Managers' Index (PMI) seluruhnya sudah naik, harga minyak dunia relatif naik, tembaga aluminium juga sudah naik, bahkan CPO Indonesia (MYR/MT) naik, dan sudah mencapai 2.840. Ini sudah menunjukkan harganya relatif baik," tambah Airlangga.
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa pertumbuhan negatif ekonomi baik di Sumatera maupun Kalimantan relatif tidak sedalam di pulau Jawa. "Per sektor, ada beberapa sektor yang menjadi pengungkit ekonomi. Pertambangan mulai menunjukkan tren positif, beberapa sektor lain seperti keuangan, pendidikan, pertanian, dan properti juga. Properti bisa menjadi salah satu sektor dengan multiplier effect yang besar, termasuk infrastruktur," ungkap Airlangga.
Secara ekonomi domestik, data penjualan kendaraan bermotor sudah naik, begitu pula dengan penjualan retail, indeks keyakinan konsumen, dan juga survei keyakinan pada dunia usaha (SKDU). "SKDU sudah mulai bergerak positif dari yang tadinya -13,1 ke -5,1. Selain itu, di perbankan, restrukturisasi korporasi sudah 17%, dan untuk UMKM sekitar 50-55%. Trennya semua sudah relatif membaik seiring kegiatan di global," pungkas Airlangga.
(nng)
tulis komentar anda