Jepang Akhiri Suku Bunga Negatif, Stop Era Kebijakan Radikal
Selasa, 19 Maret 2024 - 11:19 WIB
TOKYO - Bank of Japan (BOJ) pada hari ini resmi mengakhiri delapan tahun rezim suku bunga negatif dan kebijakan tidak lazim lainnya. Hal ini menandai perubahan dari fokus menaikkan pertumbuhan melalui stimulus moneter besar-besaran yang diterapkan selama beberapa dekade.
Meskipun langkah ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama di Jepang dalam 17 tahun, hal ini masih membuat suku bunga di Negeri Sakura tetap berada di kisaran nol. Pemulihan ekonomi yang rapuh memaksa bank sentral Jepang untuk memperlambat kenaikan biaya pinjaman lebih lanjut.
Pergeseran ini menjadikan Jepang bank sentral terakhir yang keluar dari suku bunga negatif dan mengakhiri era di mana para pengambil kebijakan di seluruh dunia berupaya menopang pertumbuhan melalui uang murah dan alat moneter yang tidak konvensional.
Mengutip Reuters, Selasa (19/3/2024), dalam keputusan yang telah diperkirakan secara luas itu, BOJ membatalkan kebijakan yang diterapkan sejak tahun 2016 yang menerapkan biaya 0,1% pada beberapa lembaga keuangan kelebihan cadangan yang diparkir di bank sentral.
BOJ menetapkan suku bunga overnight call sebagai suku bunga kebijakan barunya dan memutuskan untuk menetapkan suku bunga tersebut pada kisaran 0-0,1% dengan membayar bunga 0,1% pada deposito di bank sentral.
"Ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 17 tahun, sehingga memiliki banyak makna simbolis," kata Izumi Devalier, kepala ekonomi Jepang di BofA Securities, sebelum keputusan BOJ itu diumumkan. "Tetapi dampak sebenarnya terhadap perekonomian sangat kecil," katanya, seraya mencatat bahwa BOJ kemungkinan akan mempertahankan tekadnya untuk menjaga kondisi moneter tetap longgar.
"Kami tidak mengharapkan kenaikan besar dalam biaya pendanaan atau suku bunga hipotek rumah tangga." Bank sentral juga mengabaikan pengendalian kurva imbal hasil (YCC), sebuah kebijakan yang telah diterapkan sejak tahun 2016 yang membatasi suku bunga jangka panjang di kisaran nol.
Namun dalam pernyataan yang mengumumkan keputusan tersebut, BOJ mengatakan pihaknya akan terus membeli obligasi pemerintah "dalam jumlah yang sama" seperti sebelumnya dan meningkatkan pembelian jika imbal hasil naik dengan cepat. BOJ juga memutuskan untuk menghentikan pembelian aset berisiko seperti dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan dana investasi real estat Jepang.
Meskipun langkah ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama di Jepang dalam 17 tahun, hal ini masih membuat suku bunga di Negeri Sakura tetap berada di kisaran nol. Pemulihan ekonomi yang rapuh memaksa bank sentral Jepang untuk memperlambat kenaikan biaya pinjaman lebih lanjut.
Pergeseran ini menjadikan Jepang bank sentral terakhir yang keluar dari suku bunga negatif dan mengakhiri era di mana para pengambil kebijakan di seluruh dunia berupaya menopang pertumbuhan melalui uang murah dan alat moneter yang tidak konvensional.
Mengutip Reuters, Selasa (19/3/2024), dalam keputusan yang telah diperkirakan secara luas itu, BOJ membatalkan kebijakan yang diterapkan sejak tahun 2016 yang menerapkan biaya 0,1% pada beberapa lembaga keuangan kelebihan cadangan yang diparkir di bank sentral.
BOJ menetapkan suku bunga overnight call sebagai suku bunga kebijakan barunya dan memutuskan untuk menetapkan suku bunga tersebut pada kisaran 0-0,1% dengan membayar bunga 0,1% pada deposito di bank sentral.
"Ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 17 tahun, sehingga memiliki banyak makna simbolis," kata Izumi Devalier, kepala ekonomi Jepang di BofA Securities, sebelum keputusan BOJ itu diumumkan. "Tetapi dampak sebenarnya terhadap perekonomian sangat kecil," katanya, seraya mencatat bahwa BOJ kemungkinan akan mempertahankan tekadnya untuk menjaga kondisi moneter tetap longgar.
"Kami tidak mengharapkan kenaikan besar dalam biaya pendanaan atau suku bunga hipotek rumah tangga." Bank sentral juga mengabaikan pengendalian kurva imbal hasil (YCC), sebuah kebijakan yang telah diterapkan sejak tahun 2016 yang membatasi suku bunga jangka panjang di kisaran nol.
Namun dalam pernyataan yang mengumumkan keputusan tersebut, BOJ mengatakan pihaknya akan terus membeli obligasi pemerintah "dalam jumlah yang sama" seperti sebelumnya dan meningkatkan pembelian jika imbal hasil naik dengan cepat. BOJ juga memutuskan untuk menghentikan pembelian aset berisiko seperti dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan dana investasi real estat Jepang.
tulis komentar anda