BI Perlu Jaga Suku Bunga di Level 6%, Ekonom Ungkap Pertimbangannya
Rabu, 20 Maret 2024 - 09:52 WIB
Lebih lanjut, naiknya inflasi AS secara tidak terduga memicu sentimen bahwa the Fed perlu menunda penurunan suku bunga acuan dari titik tertingginya dalam 23 tahun terakhir. Kondisi ini cukup memengaruhi terjadinya arus modal keluar dari pasar obligasi Indonesia.
Sejak pertengahan Februari, Indonesia mengalami arus modal keluar dari pasar obligasi yang mencapai USD1,39 miliar. Di sisi lain, tercatat adanya arus modal masuk di pasar saham sebesar USD0,50 miliar pada periode yang sama.
Seiring dengan terjaganya sentimen positif oleh investor terhadap prospek pertumbuhan Indonesia dan menurunnya ketidakpastian pasca hasil quick-count Pemilu Presiden, arus modal masuk ke pasar saham membatasi keseluruhan nilai arus modal keluar.
Secara kumulatif, Indonesia ‘hanya’ mengalami arus modal keluar sebesar USD0,89 miliar selama pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2024.
Terlepas dari tingginya tekanan terhadap Rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil. "Sehingga, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00%," ujar Riefky.
Sejak pertengahan Februari, Indonesia mengalami arus modal keluar dari pasar obligasi yang mencapai USD1,39 miliar. Di sisi lain, tercatat adanya arus modal masuk di pasar saham sebesar USD0,50 miliar pada periode yang sama.
Seiring dengan terjaganya sentimen positif oleh investor terhadap prospek pertumbuhan Indonesia dan menurunnya ketidakpastian pasca hasil quick-count Pemilu Presiden, arus modal masuk ke pasar saham membatasi keseluruhan nilai arus modal keluar.
Secara kumulatif, Indonesia ‘hanya’ mengalami arus modal keluar sebesar USD0,89 miliar selama pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2024.
Terlepas dari tingginya tekanan terhadap Rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil. "Sehingga, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00%," ujar Riefky.
(akr)
tulis komentar anda