Jelang Libur Lebaran, Rupiah Ditutup Semringah ke Rp15.848
Jum'at, 05 April 2024 - 17:52 WIB
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup menguat 44 poin ke level Rp15.848 menjelang libur Lebaran setelah sebelumnya sempat turun ke level Rp15.892. Mengutip data Bloomberg, rupiah hari ini sempat dibuka pada level Rp15.912 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS melemah karena antisipasi data utama nonfarm payrolls mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga AS.
"Selain itu, kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah – ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (5/4/2024).
Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada tahun 2024.
Komentarnya, yang muncul setelah serangkaian sinyal serupa dari pejabat Fed lainnya, memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko.
Dari sentimen domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 melanjutkan tren penurunan. Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 mencapai USD140,4 miliar, menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar USD144,0 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS melemah karena antisipasi data utama nonfarm payrolls mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga AS.
"Selain itu, kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah – ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (5/4/2024).
Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada tahun 2024.
Komentarnya, yang muncul setelah serangkaian sinyal serupa dari pejabat Fed lainnya, memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko.
Dari sentimen domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 melanjutkan tren penurunan. Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 mencapai USD140,4 miliar, menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar USD144,0 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
tulis komentar anda