4 Langkah BI Cegah Dampak Risiko Global ke Ekonomi Nasional
Rabu, 24 April 2024 - 16:11 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia ( BI ) menyiapkan empat langkah untuk menghadapi dampak negatif risiko global terhadap perekonomian nasional . Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, empat langkah ini hasil diskusi dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 23-24 April 2024.
"Pertama adalah menakar risiko itu dan probabilitas kejadiannya ke depan. Kalau probabilitasnya itu di atas 75% itu kami masukkan sebagai baseline scenario. Kalau probabilitasnya itu arahnya 50-75% itu kami sebut potential risk potensial, di bawahnya kita sebut tail risk," jelas Perry dalam konferensi pers RDG BI Bulan April 2024 secara virtual, Rabu (24/4/2024).
Langkah yang kedua, lanjut dia, adalah bagaimana menakar dampak risiko-risiko tersebut terhadap perekonomian Indonesia, seperti terhadap stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas sistem keuangan, dan lainnya.
Langkah ketiga, BI menakar respons bauran kebijakan, yakni respons bauran kebijakan untuk mencegah terjadinya potential risk dan mengembalikannya ke baseline scenario.
Keempat, BI terus mengedepankan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah, baik dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) atau pihak lainnya.
Mengenai skenario dasar atau baseline scenario, Perry mengatakan bahwa BI meyakini the Fed belum akan menurunkan suku bunga pada Desember 2024. "Itu adalah baseline scenario-nya," kata dia.
Sementara itu, keputusan BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25% hari ini sukses mendorong penguatan rupiah. Rupiah ditutup menguat 65 poin ke Rp16.155 per USD dari sebelumnya di level Rp16.220 per USD. Selanjutnya fokus pasar akan tertuju pada data ekonomi AS yang akan datang, yang berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk mengenai rencana penurunan suku bunga oleh the Fed.
"Pertama adalah menakar risiko itu dan probabilitas kejadiannya ke depan. Kalau probabilitasnya itu di atas 75% itu kami masukkan sebagai baseline scenario. Kalau probabilitasnya itu arahnya 50-75% itu kami sebut potential risk potensial, di bawahnya kita sebut tail risk," jelas Perry dalam konferensi pers RDG BI Bulan April 2024 secara virtual, Rabu (24/4/2024).
Langkah yang kedua, lanjut dia, adalah bagaimana menakar dampak risiko-risiko tersebut terhadap perekonomian Indonesia, seperti terhadap stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas sistem keuangan, dan lainnya.
Langkah ketiga, BI menakar respons bauran kebijakan, yakni respons bauran kebijakan untuk mencegah terjadinya potential risk dan mengembalikannya ke baseline scenario.
Keempat, BI terus mengedepankan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah, baik dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) atau pihak lainnya.
Mengenai skenario dasar atau baseline scenario, Perry mengatakan bahwa BI meyakini the Fed belum akan menurunkan suku bunga pada Desember 2024. "Itu adalah baseline scenario-nya," kata dia.
Sementara itu, keputusan BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25% hari ini sukses mendorong penguatan rupiah. Rupiah ditutup menguat 65 poin ke Rp16.155 per USD dari sebelumnya di level Rp16.220 per USD. Selanjutnya fokus pasar akan tertuju pada data ekonomi AS yang akan datang, yang berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk mengenai rencana penurunan suku bunga oleh the Fed.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda