China Diam-diam Timbun Emas, Buang Aset Dolar Rp850.000 Triliun
Rabu, 22 Mei 2024 - 08:22 WIB
JAKARTA - China menjual obligasi Amerika Serikat (AS) dengan mecetak rekor tertinggi pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu diungkpakan Departemen Keuangan AS menyoroti pergeseran negara ini dari aset-aset dolar. Beijing telah melepas total USD53,3 miliar setara Rp850.000 triliun obligasi negara dan obligasi agensi dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sementara pada saat yang sama meningkatkan pembelian emas dan komoditas lain.
Beberapa analis berpendapat bahwa penurunan cadangan devisa ini dapat menjadi bagian dari strategi china yang lebih luas untuk melakukan diversifikasi dari aset-aset berdenominasi dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan AS. Beberapa ahli telah menunjuk pada dampak ekonomi dari sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia setelah konflik Ukraina, dan mengatakan bahwa China berusaha untuk mengurangi risiko-risiko yang serupa.
"Penanganan cadangan Rusia oleh AS dan negara-negara G7 lainnya, termasuk ancaman pengambilalihan dan sanksi, kemungkinan mendorong China untuk mengurangi eksposurnya pada aset-aset Departemen Keuangan AS agar tidak menjadi target yang sama," ungkap seorang penasihat makroekonomi di LaDuc TradingCraig Shapiro pada Newsweek dilansir dari Russia Today, mengacu pada penyitaan aset-aset Rusia.
Barat telah membekukan sekitar USD300 miliar dana pemerintah Rusia sejak dimulainya konflik Ukraina. Lembaga kliring yang berbasis di Brussels, Euroclear sebagai kustodian kepemilikan China membuang USD22 miliar dalam bentuk Treasury AS selama periode pelaporan, menurut laporan Bloomberg. Sebagai pemegang asing terbesar kedua sekuritas Treasury AS setelah Jepang, aksi jual China berpotensi mengacaukan pasar Treasury dan meningkatkan biaya pinjaman AS.
"Karena China menjual keduanya meskipun kita semakin dekat dengan siklus pemangkasan suku bunga the Fed, seharusnya ada niat yang jelas untuk melakukan diversifikasi dari kepemilikan dolar AS," kata Stephen Chiu, kepala strategi valuta asing dan suku bunga Asia di Bloomberg Intelligence. "Penjualan sekuritas AS oleh China dapat meningkat seiring dengan berlanjutnya perang dagang AS dengan China," ujarnya.
Di tengah penjualan aset-aset dolar, kepemilikan emasnya telah melonjak dalam cadangan resmi negara ini. Menurut People's Bank of China, porsi logam mulia dalam cadangan naik menjadi 4,9% pada April, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2015.
Beberapa analis berpendapat bahwa penurunan cadangan devisa ini dapat menjadi bagian dari strategi china yang lebih luas untuk melakukan diversifikasi dari aset-aset berdenominasi dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan AS. Beberapa ahli telah menunjuk pada dampak ekonomi dari sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia setelah konflik Ukraina, dan mengatakan bahwa China berusaha untuk mengurangi risiko-risiko yang serupa.
"Penanganan cadangan Rusia oleh AS dan negara-negara G7 lainnya, termasuk ancaman pengambilalihan dan sanksi, kemungkinan mendorong China untuk mengurangi eksposurnya pada aset-aset Departemen Keuangan AS agar tidak menjadi target yang sama," ungkap seorang penasihat makroekonomi di LaDuc TradingCraig Shapiro pada Newsweek dilansir dari Russia Today, mengacu pada penyitaan aset-aset Rusia.
Baca Juga
Barat telah membekukan sekitar USD300 miliar dana pemerintah Rusia sejak dimulainya konflik Ukraina. Lembaga kliring yang berbasis di Brussels, Euroclear sebagai kustodian kepemilikan China membuang USD22 miliar dalam bentuk Treasury AS selama periode pelaporan, menurut laporan Bloomberg. Sebagai pemegang asing terbesar kedua sekuritas Treasury AS setelah Jepang, aksi jual China berpotensi mengacaukan pasar Treasury dan meningkatkan biaya pinjaman AS.
"Karena China menjual keduanya meskipun kita semakin dekat dengan siklus pemangkasan suku bunga the Fed, seharusnya ada niat yang jelas untuk melakukan diversifikasi dari kepemilikan dolar AS," kata Stephen Chiu, kepala strategi valuta asing dan suku bunga Asia di Bloomberg Intelligence. "Penjualan sekuritas AS oleh China dapat meningkat seiring dengan berlanjutnya perang dagang AS dengan China," ujarnya.
Di tengah penjualan aset-aset dolar, kepemilikan emasnya telah melonjak dalam cadangan resmi negara ini. Menurut People's Bank of China, porsi logam mulia dalam cadangan naik menjadi 4,9% pada April, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2015.
(nng)
tulis komentar anda