Arab Saudi Bela Rusia, Tebar Ancaman ke Uni Eropa
Rabu, 10 Juli 2024 - 21:22 WIB
JAKARTA - Arab Saudi telah mengamati upaya-upaya Barat dalam memberikan sanksi kepada Rusia. Negara tersebut cemas alat yang sama dapat digunakan untuk melawan Riyadh. Riyadh memperingatkan bahwa mereka dapat menjual beberapa kepemilikan utang Eropa sebagai pembalasan atas langkah G7 yang menyita hampir USD300 miliar aset Rusia yang dibekukan, menurut laporan Bloomberg,
Ancaman tersebut disampaikan kementerian keuangan Arab Saudi awal tahun ini kepada sejumlah mitra G7 lantaran kelompok ini telah menyita aset-aset Rusia yang dirancang untuk mendukung Ukraina. Bloomberg melaporkan, Arab Saudi secara khusus mengisyaratkan keluar dari utang euro yang diterbitkan oleh Prancis. Riyadh telah mengkhawatirkan upaya-upaya Barat untuk menyita aset-aset Kremlin selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Houthi Yaman Ancam Serang Arab Saudi jika Bantu Agresi AS
Pada bulan April, Politico melaporkan bahwa Arab Saudi, bersama dengan China dan Indonesia, secara pribadi melobi Uni Eropa untuk menentang penyitaan aset terhadap Rusia. Gertakan Arab Saudi kepada Uni Eropa tersebut merupakan peringatan serius dari kerajaan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan Barat. Anggota G7, yang terdiri dari AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang setuju untuk memberikan pinjaman kepada Ukraina sebesar USD50 miliar yang akan didukung oleh keuntungan yang dihasilkan dari aset-aset Rusia.
Langkah tersebut tidak sampai pada penyitaan penuh atas aset bank sentral Rusia senilai USD322 miliar yang dibekukan oleh Barat. Peringatan Arab Saudi itu kemungkinan besar menimbulkan pertentangan di antara beberapa negara anggota Uni Eropa terhadap pendekatan yang lebih kuat meskipun AS dan Inggris melobi untuk melakukan penyitaan secara langsung.
Hubungan Rusia-Saudi dalam Sorotan
Peringatan Arab Saudi menggarisbawahi kekhawatiran di negara-negara Teluk bahwa pada suatu hari nanti Barat bisa saja menerapkan tuas ekonomi serupa yang seperti yang dilakukan terhadap Rusia dengan menyita aset-aset negara Teluk di luar negeri jika kritik terhadap isu-isu hak asasi manusia di Teluk atau keputusan-keputusan kebijakan luar negeri mereka muncul kembali.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah merayu Arab Saudi yang kaya akan minyak ini untuk melawan isolasi terhadap Moskow di panggung dunia dan menopang pasar energi. Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan UEA pada bulan Desember lalu.
Melansir laporan dari MEE, Putin meminta izin Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi di Yaman dengan rudal jelajah anti-kapal. Pemimpin Saudi, yang mengobarkan perang brutal melawan Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menurutinya. Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk menjadi eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok dengan dolar AS dan menjual minyaknya dalam greenback, sehingga meningkatkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan sedang mempertimbangkan untuk berdagang dalam mata uang selain dolar AS setelah ada laporan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan China tentang penjualan minyak mentah dalam yuan.
Tidak jelas berapa banyak utang Eropa yang dimiliki Arab Saudi, tetapi cadangan mata uang asing bersih bank sentralnya mencapai USD445 miliar. Arab Saudi memiliki USD135,9 miliar dalam bentuk surat utang AS, menempatkannya di peringkat ke-17 di antara para investor dalam obligasi AS.
Ancaman tersebut disampaikan kementerian keuangan Arab Saudi awal tahun ini kepada sejumlah mitra G7 lantaran kelompok ini telah menyita aset-aset Rusia yang dirancang untuk mendukung Ukraina. Bloomberg melaporkan, Arab Saudi secara khusus mengisyaratkan keluar dari utang euro yang diterbitkan oleh Prancis. Riyadh telah mengkhawatirkan upaya-upaya Barat untuk menyita aset-aset Kremlin selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Houthi Yaman Ancam Serang Arab Saudi jika Bantu Agresi AS
Pada bulan April, Politico melaporkan bahwa Arab Saudi, bersama dengan China dan Indonesia, secara pribadi melobi Uni Eropa untuk menentang penyitaan aset terhadap Rusia. Gertakan Arab Saudi kepada Uni Eropa tersebut merupakan peringatan serius dari kerajaan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan Barat. Anggota G7, yang terdiri dari AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang setuju untuk memberikan pinjaman kepada Ukraina sebesar USD50 miliar yang akan didukung oleh keuntungan yang dihasilkan dari aset-aset Rusia.
Langkah tersebut tidak sampai pada penyitaan penuh atas aset bank sentral Rusia senilai USD322 miliar yang dibekukan oleh Barat. Peringatan Arab Saudi itu kemungkinan besar menimbulkan pertentangan di antara beberapa negara anggota Uni Eropa terhadap pendekatan yang lebih kuat meskipun AS dan Inggris melobi untuk melakukan penyitaan secara langsung.
Hubungan Rusia-Saudi dalam Sorotan
Peringatan Arab Saudi menggarisbawahi kekhawatiran di negara-negara Teluk bahwa pada suatu hari nanti Barat bisa saja menerapkan tuas ekonomi serupa yang seperti yang dilakukan terhadap Rusia dengan menyita aset-aset negara Teluk di luar negeri jika kritik terhadap isu-isu hak asasi manusia di Teluk atau keputusan-keputusan kebijakan luar negeri mereka muncul kembali.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah merayu Arab Saudi yang kaya akan minyak ini untuk melawan isolasi terhadap Moskow di panggung dunia dan menopang pasar energi. Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan UEA pada bulan Desember lalu.
Melansir laporan dari MEE, Putin meminta izin Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi di Yaman dengan rudal jelajah anti-kapal. Pemimpin Saudi, yang mengobarkan perang brutal melawan Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menurutinya. Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk menjadi eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok dengan dolar AS dan menjual minyaknya dalam greenback, sehingga meningkatkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan sedang mempertimbangkan untuk berdagang dalam mata uang selain dolar AS setelah ada laporan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan China tentang penjualan minyak mentah dalam yuan.
Tidak jelas berapa banyak utang Eropa yang dimiliki Arab Saudi, tetapi cadangan mata uang asing bersih bank sentralnya mencapai USD445 miliar. Arab Saudi memiliki USD135,9 miliar dalam bentuk surat utang AS, menempatkannya di peringkat ke-17 di antara para investor dalam obligasi AS.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda