Mendorong Pemasaran Pertanian yang Edukatif dan Inklusif bagi Petani
Kamis, 18 Juli 2024 - 13:34 WIB
JAKARTA - CropLife Indonesia, asosiasi industri benih dan perlindungan tanaman , dan PRISMA, program kemitraan antara Pemerintah Indonesia (Kementerian PPN/Bappenas) dan Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan/DFAT) untuk pertumbuhan pasar pertanian nasional, berkolaborasi menyelenggarakan seminar dan talkshow bertajuk Navigating Business Growth: Customer Education and Women's Sales Excellence di Jakarta, (17/7).
Acara yang dihadiri produsen produk perlindungan tanaman (perusahaan agrokimia), komisi pestisida, asosiasi pertanian, pengamat dan pakar pemasaran ini diisi dengan presentasi hasil riset dan talkshow.
Acara ini diharapkan menjadi wadah berbagi pengetahuan hasil riset praktis maupun pengalaman antar pemangku kepentingan sektor swasta dan meningkatkan pemahaman tentang peluang dan tantangan dalam edukasi konsumen dan model bisnis inklusif dalam bisnis perlindungan tanaman.
CEO PRISMA, Mohasin Kabir membuka acara dan memaparkan hasil studi PRISMA pada 2024 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang condong ke arah strategi pemasaran berbasis edukasi memiliki brand awareness 56% lebih kuat dibandingkan perusahaan yang strategi pemasarannya masih menitikberatkan hard selling.
Agen lapangan perempuan dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis perusahaan agrokimia karena lebih efektif untuk menjangkau segmen petani perempuan dan petani usia lanjut.
Mohasin menambahkan, “Masih rendahnya partisipasi petani perempuan dalam upaya-upaya perlindungan tanaman, khususnya dalam mengatasi penyakit tanaman dan hama, menjadikan perusahaan belum bisa menjangkau lebih banyak konsumen di segmen ini. Adapun hasil studi kami memperlihatkan potensi bisnis untuk menjangkau segmen petani perempuan dengan memperkerjakan agen lapangan perempuan.”
Ketua Tim Teknis Komisi Pengawas Pestisida, Prof. Dadang Hermana yang ikut membuka acara menyatakan, bahwa profil petani Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung masih sama seperti: pendidikan dan penguasaan teknologi yang rendah, sehingga edukasi terhadap petani masih menjadi poin penting.
Acara yang dihadiri produsen produk perlindungan tanaman (perusahaan agrokimia), komisi pestisida, asosiasi pertanian, pengamat dan pakar pemasaran ini diisi dengan presentasi hasil riset dan talkshow.
Acara ini diharapkan menjadi wadah berbagi pengetahuan hasil riset praktis maupun pengalaman antar pemangku kepentingan sektor swasta dan meningkatkan pemahaman tentang peluang dan tantangan dalam edukasi konsumen dan model bisnis inklusif dalam bisnis perlindungan tanaman.
CEO PRISMA, Mohasin Kabir membuka acara dan memaparkan hasil studi PRISMA pada 2024 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang condong ke arah strategi pemasaran berbasis edukasi memiliki brand awareness 56% lebih kuat dibandingkan perusahaan yang strategi pemasarannya masih menitikberatkan hard selling.
Agen lapangan perempuan dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis perusahaan agrokimia karena lebih efektif untuk menjangkau segmen petani perempuan dan petani usia lanjut.
Mohasin menambahkan, “Masih rendahnya partisipasi petani perempuan dalam upaya-upaya perlindungan tanaman, khususnya dalam mengatasi penyakit tanaman dan hama, menjadikan perusahaan belum bisa menjangkau lebih banyak konsumen di segmen ini. Adapun hasil studi kami memperlihatkan potensi bisnis untuk menjangkau segmen petani perempuan dengan memperkerjakan agen lapangan perempuan.”
Ketua Tim Teknis Komisi Pengawas Pestisida, Prof. Dadang Hermana yang ikut membuka acara menyatakan, bahwa profil petani Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung masih sama seperti: pendidikan dan penguasaan teknologi yang rendah, sehingga edukasi terhadap petani masih menjadi poin penting.
Lihat Juga :
tulis komentar anda