Pertanian Cerdas Iklim, Petani Lombok Tengah Bikin Pestisida dan Pupuk Nabati
loading...
A
A
A
NUSA TENGGARA BARAT - Para petani di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai mempraktikkan ilmu yang didapat dari Training of Farmers (ToF) proyek SIMURP. Kegiatan ToF melibatkan petani dari 6 kecamatan, yaitu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Praya, Kecamatan Jonggat, Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Praya Tengah, dan Kecamatan Paraya Barat Daya.
Kegiatan yang menggunakan fasilitas World Bank (WB) dan Asian Investasi Infrastrucutre Bank (AIIB) ini adalah tindak lanjut dari Training of Trainer (TOT) Climate Smart Agriculture (CSA) yang dilaksanakan di Balai Pelatihan Pertanian dan Perkebunan Provunsi NTB, akhir Juli lalu.
Kegiatan ToF yang dilaksanakan tanggal 25-27 Agustus untuk sesi I, dan tanggal 3 – 5 September untuk sesi II, masing-masing sesi diikuti oleh 3 BPP dengan jumlah peserta sebanyak 24 petani yang berasal dari kelompok tani sekitar Daerah Irigasi Jurang Sate Hilir dan Jurang Batu.
(Baca Juga: Mentan Sebut Food Estate Kalteng Pakai Teknologi Modern, Seperti Apa? )
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, ketersediaan pangan menjadi sangat utama. Ini agar masyarakat Indonesia tidak kelaparan. "Bila pangan tercukupi, maka masyarakat Indonesia tidak bermasalah dengan pangan. Ini juga sekaligus untuk ketahanan nasional," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nusyamsi menjelaskan, penerapan pertanian cerdas iklim sangat penting.
"Terutama penerapan teknologi hemat air, penggunaan pupuk organik, serta penerapan pertanian ramah lingkungan. Selain akan meningkatkan produksi dan kualitas komoditas pertanian, juga akan meringankan pemerintah dalam pemberian subsidi pupuk pada petani dan tentunya akan meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan lingkungan," ujarnya.
Materi di ToF SIMURP sendiri dinilai menarik. Terlebih diikuti dengan praktik, seperti cara pembuatan pestisida nabati dan pupuk organik. Pelatihan dirasa sangat membantu petani selain ramah lingkungan dan mudah melakukannya.
"Bahkan para petani muda ingin mengajak petani di kelompoknya memahami dan menerapkan ilmu tentang pertanian cerdas iklim. Mereka menyadari manfaat pertanian cerdas iklim ini dan mengakui bahwa selama ini budidaya pertanian yang mereka dapat dari warisan orang tua dan nenek moyang secara turun temurun harus diubah sesuai dengan perkembangan teknologi tepat guna," kata Dedi.
(Baca Juga: Ubah Mindset Petani di Food Estate dengan Alsintan )
Kegiatan yang menggunakan fasilitas World Bank (WB) dan Asian Investasi Infrastrucutre Bank (AIIB) ini adalah tindak lanjut dari Training of Trainer (TOT) Climate Smart Agriculture (CSA) yang dilaksanakan di Balai Pelatihan Pertanian dan Perkebunan Provunsi NTB, akhir Juli lalu.
Kegiatan ToF yang dilaksanakan tanggal 25-27 Agustus untuk sesi I, dan tanggal 3 – 5 September untuk sesi II, masing-masing sesi diikuti oleh 3 BPP dengan jumlah peserta sebanyak 24 petani yang berasal dari kelompok tani sekitar Daerah Irigasi Jurang Sate Hilir dan Jurang Batu.
(Baca Juga: Mentan Sebut Food Estate Kalteng Pakai Teknologi Modern, Seperti Apa? )
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, ketersediaan pangan menjadi sangat utama. Ini agar masyarakat Indonesia tidak kelaparan. "Bila pangan tercukupi, maka masyarakat Indonesia tidak bermasalah dengan pangan. Ini juga sekaligus untuk ketahanan nasional," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nusyamsi menjelaskan, penerapan pertanian cerdas iklim sangat penting.
"Terutama penerapan teknologi hemat air, penggunaan pupuk organik, serta penerapan pertanian ramah lingkungan. Selain akan meningkatkan produksi dan kualitas komoditas pertanian, juga akan meringankan pemerintah dalam pemberian subsidi pupuk pada petani dan tentunya akan meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan lingkungan," ujarnya.
Materi di ToF SIMURP sendiri dinilai menarik. Terlebih diikuti dengan praktik, seperti cara pembuatan pestisida nabati dan pupuk organik. Pelatihan dirasa sangat membantu petani selain ramah lingkungan dan mudah melakukannya.
"Bahkan para petani muda ingin mengajak petani di kelompoknya memahami dan menerapkan ilmu tentang pertanian cerdas iklim. Mereka menyadari manfaat pertanian cerdas iklim ini dan mengakui bahwa selama ini budidaya pertanian yang mereka dapat dari warisan orang tua dan nenek moyang secara turun temurun harus diubah sesuai dengan perkembangan teknologi tepat guna," kata Dedi.
(Baca Juga: Ubah Mindset Petani di Food Estate dengan Alsintan )