BPS Beri Bukti Impor Pakaian dari China Masih Banjiri Indonesia
Kamis, 15 Agustus 2024 - 15:54 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor pakaian jadi dari China hingga Vietnam masih membanjiri Indonesia. Plt Kepala BPS Amalia mengatakan, impor pakaian jadi berupa pakaian rajutan atau HS 61 meningkat 55,46 persen secara bulanan dan impor pakaian jadi bukan rajutan atau HS 62 naik 29,01 persen.
Untuk impor pakaian jadi berupa pakaian rajutan dari China, Vietnam, Bangladesh, Turki dan Italia. Sedangkan, impor pakaian bukan rajutan utamanya berasal dari China, Bangladesh Vietnam, Hongkong dan Maroko.
"Namun perlu jadi catatan, secara kumulatif pakaian dan aksesoris lanjutan HS 61 dari Tiongkok sepanjang Januari sampai Juli 2024 mengalami penurunan sebanyak 4,75 persen dengan komoditas terbesar mengalami penurunan pakaian atau aksesoris dirajut," terang Amalia konferensi pers hari ini, Kamis (15/8/2024).
Sementara untuk HS 62 mengalami penurunan sebesar 7,71 persen, dimana HS 62 adalah kelompok dan aksesoris bukan rajutan. Kemudian yang mengalami penurunan cukup tinggi adalah kelompok bra berbahan non katun.
"Jadi sekali lagi kalau bulanan mengalami peningkatan tapi kalau data ekspor dan impor yang lebih relatif baik melihat angka kumulatif bulan satu periode. Kalau bulanan relatif pengaruhi waktu pengiriman kebutuhan stok akan berbeda," paparnya.
"Tetapi kalau kita lihat bagaimana performa ekspor atau impor suatu negara lebih baik dilihat dalam angka diakumulasikan," pungkas Amalia.
Untuk impor pakaian jadi berupa pakaian rajutan dari China, Vietnam, Bangladesh, Turki dan Italia. Sedangkan, impor pakaian bukan rajutan utamanya berasal dari China, Bangladesh Vietnam, Hongkong dan Maroko.
"Namun perlu jadi catatan, secara kumulatif pakaian dan aksesoris lanjutan HS 61 dari Tiongkok sepanjang Januari sampai Juli 2024 mengalami penurunan sebanyak 4,75 persen dengan komoditas terbesar mengalami penurunan pakaian atau aksesoris dirajut," terang Amalia konferensi pers hari ini, Kamis (15/8/2024).
Sementara untuk HS 62 mengalami penurunan sebesar 7,71 persen, dimana HS 62 adalah kelompok dan aksesoris bukan rajutan. Kemudian yang mengalami penurunan cukup tinggi adalah kelompok bra berbahan non katun.
"Jadi sekali lagi kalau bulanan mengalami peningkatan tapi kalau data ekspor dan impor yang lebih relatif baik melihat angka kumulatif bulan satu periode. Kalau bulanan relatif pengaruhi waktu pengiriman kebutuhan stok akan berbeda," paparnya.
"Tetapi kalau kita lihat bagaimana performa ekspor atau impor suatu negara lebih baik dilihat dalam angka diakumulasikan," pungkas Amalia.
(fch)
Lihat Juga :
tulis komentar anda