Pembelian BBM Subsidi Bakal Dibatasi 1 Oktober, Ojol: Pendapatan Pahit, Pengeluaran Buncit
Minggu, 01 September 2024 - 20:34 WIB
Ghani mengakui, dirinya saat ini juga sering mengalami kesulitan mencari ketersediaan BBM bersubsidi di setiap pom pengisian BBM.
"Kemarin saya juga sempat mencari BBM Pertalite, sekarang mulai langka di pom bensin. Biasanya di Pom bensin nomor 31 kan ada, tetapi sudah sulit," terang Ghani.
Ghani berujar, jika memang pemerintah hendak membatasi ketersediaan BBM bersubsidi, setidaknya mempertimbangkan untuk kebutuhan para ojol.
"Kalau memang mau dibatasi (oleh pemerintah), setidaknya harga maupun ketersediaan BBM subsidi itu diberikan juga hak istimewa buat para ojol. Soalnya sehari, saya isi bensin itu bisa Rp30-40 ribu, kalau sebulan bisa jutaan. Tolong kebijakan dibuat tepat sasaran lah," jelas Ghani.
Meski demikian, Ghani mengatakan dirinya mendukung wacana pembatasan BBM bersubsidi oleh pemerintah, agar tidak diakses oleh kalangan kelas ekonomi mampu. Untuk itu, dia berharap wacana kebijakan tersebut dapat memberikan alternatif bagi para ojol.
"Pokoknya kami keberatan, jadi biar tepat sasaran, pemerintah juga mendata ojol untuk kebutuhan BBM bersubsidi, bukan kalangan kelas atas," ungkap Ghani.
Lebih lanjut, Panca (36) mengatakan dirinya sejak 2018 mampu menafkahi anak, istri dan keluarganya melalui pendapatan ojol. Dia mengaku saat ini pendapatannya mengalami penurunan karena sebelumnya bisa mendapatkan Rp500 ribu plus bonus, sedangkan saat ini hanya setengahnya yakni Rp200 ribu.
"Yaa kalau pemerintah mau membatasi BBM bersubsidi, yaa kita sih mau tak mau ikut saja. Tapi kan, pengeluaran kita semakin besar lagi untuk operasional," tutur Panca.
Panca mengatakan, dengan pendapatan Rp200 ribu, dia memerlukan pengeluaran untuk membeli BBM bersubsidi sebesar Rp60 ribu untuk dua kali isi. Oleh karena itu, dia mengaku keberatan atas wacana pembatasan BBM tersebut.
"Yaa berat banget kalau nantinya ada pembatasan BBM bersubsidi itu, ini pengeluaran semakin berasa jadinya," tegas Panca.
"Kemarin saya juga sempat mencari BBM Pertalite, sekarang mulai langka di pom bensin. Biasanya di Pom bensin nomor 31 kan ada, tetapi sudah sulit," terang Ghani.
Ghani berujar, jika memang pemerintah hendak membatasi ketersediaan BBM bersubsidi, setidaknya mempertimbangkan untuk kebutuhan para ojol.
"Kalau memang mau dibatasi (oleh pemerintah), setidaknya harga maupun ketersediaan BBM subsidi itu diberikan juga hak istimewa buat para ojol. Soalnya sehari, saya isi bensin itu bisa Rp30-40 ribu, kalau sebulan bisa jutaan. Tolong kebijakan dibuat tepat sasaran lah," jelas Ghani.
Meski demikian, Ghani mengatakan dirinya mendukung wacana pembatasan BBM bersubsidi oleh pemerintah, agar tidak diakses oleh kalangan kelas ekonomi mampu. Untuk itu, dia berharap wacana kebijakan tersebut dapat memberikan alternatif bagi para ojol.
"Pokoknya kami keberatan, jadi biar tepat sasaran, pemerintah juga mendata ojol untuk kebutuhan BBM bersubsidi, bukan kalangan kelas atas," ungkap Ghani.
Lebih lanjut, Panca (36) mengatakan dirinya sejak 2018 mampu menafkahi anak, istri dan keluarganya melalui pendapatan ojol. Dia mengaku saat ini pendapatannya mengalami penurunan karena sebelumnya bisa mendapatkan Rp500 ribu plus bonus, sedangkan saat ini hanya setengahnya yakni Rp200 ribu.
"Yaa kalau pemerintah mau membatasi BBM bersubsidi, yaa kita sih mau tak mau ikut saja. Tapi kan, pengeluaran kita semakin besar lagi untuk operasional," tutur Panca.
Panca mengatakan, dengan pendapatan Rp200 ribu, dia memerlukan pengeluaran untuk membeli BBM bersubsidi sebesar Rp60 ribu untuk dua kali isi. Oleh karena itu, dia mengaku keberatan atas wacana pembatasan BBM tersebut.
"Yaa berat banget kalau nantinya ada pembatasan BBM bersubsidi itu, ini pengeluaran semakin berasa jadinya," tegas Panca.
tulis komentar anda