Timur Tengah Memanas, Rupiah Melemah Diguncang Rudal Iran ke Israel

Rabu, 02 Oktober 2024 - 16:47 WIB
Kurs Rupiah dipengaruhi kekhawatiran konflik di Timur Tengah dapat berubah menjadi perang yang lebih luas setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel. FOTO/Shutterstock
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah 62 poin atau 0,41 persen ke level Rp15.268 setelah sebelumnya di Rp15.206 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS dipengaruhi kekhawatiran konflik di Timur Tengah dapat berubah menjadi perang yang lebih luas setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel. Iran menembakkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel pada hari Selasa, kata Israel, sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Hizbullah Teheran di Lebanon.

"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji Iran akan membayar serangan rudalnya terhadap Israel, sementara Teheran mengatakan setiap pembalasan akan ditanggapi dengan "kehancuran besar", meningkatkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas. Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungan penuh AS untuk Israel, sekutu lamanya, dan Dewan Keamanan PBB menjadwalkan pertemuan di Timur Tengah pada hari Rabu," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (2/10/2024).



Fokus pasar saat ini beralih ke data penggajian swasta AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dengan para pedagang juga waspada terhadap perselisihan perburuhan di pelabuhan AS.

"Pekerja dermaga di Pantai Timur dan Gulf Coast memulai aksi mogok berskala besar pertama mereka dalam hampir 50 tahun pada hari Selasa, yang menghentikan arus sekitar setengah dari pengiriman laut negara itu," kata Ibrahim.

Selain itu, dalam debat yang disiarkan secara nasional pada hari Selasa, Senator AS JD Vance, pilihan Donald Trump dari Partai Republik sebagai calon wakil presidennya, berhadapan dengan Gubernur Minnesota Tim Walz, yang ditunjuk oleh Kamala Harris dari Partai Demokrat untuk menjadi calon nomor 2, meskipun acara tersebut disambut dengan respons pasar yang tidak terlalu antusias.

Dari sentimen domestik, S&P Global melaporkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masih terkontraksi di bawah 50 yakni berada di level 49,2 pada September 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tersebut mengalami peningkatan tipis dari bulan sebelumnya 48,9.

Lesunya kondisi manufaktur tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain. Seperti China dan Australia yang juga masuk di zona kontraksi. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang juga ambruk. PMI manufaktur Vietnam misalnya, yang anjlok dari 52 ke 47. Tak hanya Vietnam, beberapa negara di Eropa juga mengalami keadaan yang serupa, meski tak separah Vietnam.

Baca Juga: Rekaman Detik-detik Menegangkan saat Iran Hujani Israel dengan Ratusan Rudal Balistik
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More