Bahlil Buka Suara Soal Media China Soroti Kerja Paksa di Pabrik Smelter Nikel Indonesia
Jum'at, 11 Oktober 2024 - 15:23 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara setelah Media asing asal Hong Kong South China Morning Post (SCMP) menyoroti kerja paksa di pabrik smelter nikel di Indonesia di tengah kecaman dari Amerika Serikat (AS).Industri nikel Indonesia menghadapi pengawasan, yang semakin ketat setelah ditandai oleh pihak berwenang AS karena adanya kerja paksa.
Bahlil menepis, soal tudingan kerja paksa di industri nikel Indonesia. Menurutnya, tudingan itu adalah kampanye hitam (Black Campaign) yang hanya bertujuan untuk merusak reputasi Tanah Air.
"Nggak ada kerja paksa . Saya kan setiap bulan, waktu saya di Menteri Investasi kan turun ke lokasi. Ini hanya black campaign aja kok, ini geopolitik," tegasnya dalam acara Malam Puncak Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (10/9/2024).
Bahkan Bahlil menilai banyak negara merasa lebih hebat dari Indonesia, padahal sebenarnya tidak lebih hebat. "Di negara luar itu, yang merasa semua paling hebat itu. Mohon maaf, mereka bukan lebih baik daripada kita," imbuhnya.
"Yakinlah bahwa Indonesia ke depan akan menjadi negara yang baik, dengan pendapatan per kapita tinggi, GDP tinggi, dan kita mampu menjadi negara nomor 10 terbaik dalam GDP," pungkas Bahlil.
Sebagai informasi, tuduhan mengenai kerja paksa ini berasal dari laporan Global State of Child and Forced Labour yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) pada 5 September 2024. Dalam laporan tersebut diberitakan bahwa industri nikel Indonesia disebutkan terlibat dalam praktik kerja paksa.
Bahlil menepis, soal tudingan kerja paksa di industri nikel Indonesia. Menurutnya, tudingan itu adalah kampanye hitam (Black Campaign) yang hanya bertujuan untuk merusak reputasi Tanah Air.
Baca Juga
"Nggak ada kerja paksa . Saya kan setiap bulan, waktu saya di Menteri Investasi kan turun ke lokasi. Ini hanya black campaign aja kok, ini geopolitik," tegasnya dalam acara Malam Puncak Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (10/9/2024).
Bahkan Bahlil menilai banyak negara merasa lebih hebat dari Indonesia, padahal sebenarnya tidak lebih hebat. "Di negara luar itu, yang merasa semua paling hebat itu. Mohon maaf, mereka bukan lebih baik daripada kita," imbuhnya.
"Yakinlah bahwa Indonesia ke depan akan menjadi negara yang baik, dengan pendapatan per kapita tinggi, GDP tinggi, dan kita mampu menjadi negara nomor 10 terbaik dalam GDP," pungkas Bahlil.
Sebagai informasi, tuduhan mengenai kerja paksa ini berasal dari laporan Global State of Child and Forced Labour yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) pada 5 September 2024. Dalam laporan tersebut diberitakan bahwa industri nikel Indonesia disebutkan terlibat dalam praktik kerja paksa.
(akr)
tulis komentar anda