Menengok 70 Tahun Hubungan Indonesia-China dan Dampaknya Bagi Nusantara
Sabtu, 29 Agustus 2020 - 00:47 WIB
JAKARTA - Memperingati 70 Tahun Hubungan Indonesia-China, Asosiasi Sinologi Indonesia mengadakan seminar virtual yang mengupas mengenai program Belt and Road Initiative (BRI) bagi kepentingan Indonesia. BRI merupakan mega proyek dari Pemerintah China yang sudah diinisiasi sejak tahun 2013 dan telah diikuti oleh 70 negara.
Proyek tersebut memberikan keleluasaan pemberian pinjaman infrastruktur dan investasi terhadap negara-negara yang membutuhkan. Dalam 70 tahun hubungannya, Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan kemitraan strategis dengan China dalam mewujudkan sinergi Poros Maritim Dunia .
(Baca Juga: Pentingnya Membangun Pemahaman Kerjasama Bilateral Indonesia-China )
Penasihat Khusus Menko bidang Kemaritiman dan Investasi, Jona Widhagdo Putri menyampaikan, Implementasi dari sinergi program Poros Maritim Dunia dan BRI ini mewujud dalam dua aspek yang berpotensi menguntungkan Indonesia. Pertama, hard structure development yang meliputi pengembangan koridor ekonomi 3+1 di wilayah Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.
Kedua, soft structure development melalui Tsinghua South East Asia Center dan Sustainable Development Solutions Network di Bali. Total potensi investasi tersebut ditaksir mencapai USD51,93 miliar atau lebih.
“Tak hanya kerja sama dalam hal infrastruktur, investasi pun diharapkan mengutamakan aspek sosial budaya untuk pengembangan manusia, dan hubungan masyarakat antar-kedua negara,” ungkap Jona yang juga Pengamat Hubungan Internasional secara virtual.
(Baca Juga: Luhut: Kadang Kita Nyinyir, Tapi Indonesia Tidak Bisa Terlepas dari China )
Jona menjelaskan, selama ini Investasi China di Indonesia secara nyata telah memberikan kontribusi ekonomi pada peningkatan ekspor nasional, pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan sumber daya manusia. Salah satunya investasi China dalam hal pengolahan nikel.
Di antaranya dengan berdirinya PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Sulawesi Tengah. Dengan adanya IMIP, Indonesia telah menjadi bagian dari global supply chain melalui ekspor olahan nikel ke beberapa negara, seperti Amerika, Spanyol, Italia, India, Taiwan, dan Korea Selatan.
Proyek tersebut memberikan keleluasaan pemberian pinjaman infrastruktur dan investasi terhadap negara-negara yang membutuhkan. Dalam 70 tahun hubungannya, Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan kemitraan strategis dengan China dalam mewujudkan sinergi Poros Maritim Dunia .
(Baca Juga: Pentingnya Membangun Pemahaman Kerjasama Bilateral Indonesia-China )
Penasihat Khusus Menko bidang Kemaritiman dan Investasi, Jona Widhagdo Putri menyampaikan, Implementasi dari sinergi program Poros Maritim Dunia dan BRI ini mewujud dalam dua aspek yang berpotensi menguntungkan Indonesia. Pertama, hard structure development yang meliputi pengembangan koridor ekonomi 3+1 di wilayah Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.
Kedua, soft structure development melalui Tsinghua South East Asia Center dan Sustainable Development Solutions Network di Bali. Total potensi investasi tersebut ditaksir mencapai USD51,93 miliar atau lebih.
“Tak hanya kerja sama dalam hal infrastruktur, investasi pun diharapkan mengutamakan aspek sosial budaya untuk pengembangan manusia, dan hubungan masyarakat antar-kedua negara,” ungkap Jona yang juga Pengamat Hubungan Internasional secara virtual.
(Baca Juga: Luhut: Kadang Kita Nyinyir, Tapi Indonesia Tidak Bisa Terlepas dari China )
Jona menjelaskan, selama ini Investasi China di Indonesia secara nyata telah memberikan kontribusi ekonomi pada peningkatan ekspor nasional, pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan sumber daya manusia. Salah satunya investasi China dalam hal pengolahan nikel.
Di antaranya dengan berdirinya PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Sulawesi Tengah. Dengan adanya IMIP, Indonesia telah menjadi bagian dari global supply chain melalui ekspor olahan nikel ke beberapa negara, seperti Amerika, Spanyol, Italia, India, Taiwan, dan Korea Selatan.
tulis komentar anda