Sawit Komoditas Strategis Capai Kedaulatan Pangan dan Energi
Minggu, 17 November 2024 - 07:53 WIB
JAKARTA - Peningkatan populasi manusia di dunia memerlukan ketersediaan pangan dan energi . Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia memainkan peran strategis dalam mendukung ketersediaan pangan dan energi tersebut.
"Dalam konteks Indonesia, minyak sawit merupakan komoditas strategis yang akan menopang bangsa kita mencapai kemandirian pangan dan energi," ujar Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (17/11/2024).
Dia mengatakan, jumlah populasi manusia di dunia diperkirakan meningkat menjadi sekitar 8,5 milyar manusia (pada tahun 2030) dari sekitar 8,2 milyar manusia (pada tahun 2024). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi akan menjadi 10 milyar manusia (pada tahun 2080).
"Tentu saja ini akan mengakibatkan jumlah kebutuhan pangan dan energi juga meningkat. Sementara itu, daya dukung bumi telah menurun sebagai akibat dari; eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penggunaan pupuk kima yang tidak bijaksana dan perubahan iklim. Hal ini berdampak kepada
rasio ketersediaan pangan menurun dan harga pangan menjadi meningkat," katanya.
Peningkatan jumlah populasi tersebut juga akan berdampak kepada peningkatan aktivitas manusia menjadi meningkat, dan pada gilirannya kebutuhan akan energi juga meningkat. Sementara itu ketersediaan energi yang berasal dari perut bumi semakin menurun dan terbatas.
"Karena itu, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi, penggunaan bahan bakar fosil berkontribusi memberikan dampak emisi karbon yang sangat tinggi, sehingga harus dibatasi penggunaannya," kata Kacuk.
Menurut dia mutlak bagi negara untuk menetapkan kebijakan kemandirian pangan dan energi yang tidak terganggu oleh keadaan apapun di dunia internasional.
"Dalam konteks Indonesia, minyak sawit merupakan komoditas strategis yang akan menopang bangsa kita mencapai kemandirian pangan dan energi," ujar Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (17/11/2024).
Dia mengatakan, jumlah populasi manusia di dunia diperkirakan meningkat menjadi sekitar 8,5 milyar manusia (pada tahun 2030) dari sekitar 8,2 milyar manusia (pada tahun 2024). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi akan menjadi 10 milyar manusia (pada tahun 2080).
"Tentu saja ini akan mengakibatkan jumlah kebutuhan pangan dan energi juga meningkat. Sementara itu, daya dukung bumi telah menurun sebagai akibat dari; eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penggunaan pupuk kima yang tidak bijaksana dan perubahan iklim. Hal ini berdampak kepada
rasio ketersediaan pangan menurun dan harga pangan menjadi meningkat," katanya.
Peningkatan jumlah populasi tersebut juga akan berdampak kepada peningkatan aktivitas manusia menjadi meningkat, dan pada gilirannya kebutuhan akan energi juga meningkat. Sementara itu ketersediaan energi yang berasal dari perut bumi semakin menurun dan terbatas.
"Karena itu, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi, penggunaan bahan bakar fosil berkontribusi memberikan dampak emisi karbon yang sangat tinggi, sehingga harus dibatasi penggunaannya," kata Kacuk.
Menurut dia mutlak bagi negara untuk menetapkan kebijakan kemandirian pangan dan energi yang tidak terganggu oleh keadaan apapun di dunia internasional.
tulis komentar anda