4 Kerugian Apabila BTN Ganti Nama Jadi BPR, Bisa Ciptakan Persepsi Negatif
Selasa, 19 November 2024 - 11:22 WIB
Selama ini BTN telah memposisikan diri sebagai end to end financial solution, yang melayani lebih dari sekedar KPR. Positioning ini bahkan dipertegas dengan rebranding BTN yang baru saja dilakukan per Maret 2024 ini dengan jargon "beyond mortgage" maka konsekuensinya BTN akan membatasi diri di bisnis pembiayaan perumahan tak lagi "beyond mortgage" yang menutup peluang-peluang bisnis yang lebih luas.
3. BPR Identik dengan Bank Kecil
Singkatan "BPR" sudah identik dengan Bank Perkreditan Rakyat yang skala operasinya lebih kecil. Hal ini berisiko menciptakan persepsi negatif tentang skala operasi BTN karena BTN akan dianggap seperti BPR yang berskala kecil. Kebingungan ini akan sangat mengganggu dan menyulitkan proses branding dan komunikasi brand identity ke depannya.
4. BTN Identik dengan Perumahan
Sesungguhnya di benak konsumen, brand name "BTN" sudah identik dengan perumahan tanpa harus ada kata "perumahan" di situ. Itu sebabnya renaming itu sesungguhnya tak perlu karena memiliki risiko blunder identitas yang cukup tinggi dan butuh dana besar untuk mengomunikasikannya.
Baca Juga: Lihat Foto: BTN Catat Pertumbuhan KUR Sebesar 101,5 Persen
Renaming adalam keputusan amat strategis sehingga dipikir masak-masak untung-ruginya. Meski demikian, Yuswohady beranggapan ada keuntungan apabila nama BTN diganti dengan BPR. Menurut dia bank tersebut dinilai akan lebih spesifik dan langsung mencerminkan fokus utama BTN sebagai bank yang melayani pembiayaan perumahan. "Ini dapat memperkuat brand sebagai bank yang melayani sektor perumahan sehingga lebih tajam ditangkap konsumen," kata dia.
Selain itu, perubahan nama ini akan membawa BTN kembali ke khitah dan memperkuat positioning sebagai bank perumahan dan tegas membedakan diri dari bank lain. "Karena tidak ada satupun bank di Indonesia yang secara khusus mengambil positioning ini," katanya.
3. BPR Identik dengan Bank Kecil
Singkatan "BPR" sudah identik dengan Bank Perkreditan Rakyat yang skala operasinya lebih kecil. Hal ini berisiko menciptakan persepsi negatif tentang skala operasi BTN karena BTN akan dianggap seperti BPR yang berskala kecil. Kebingungan ini akan sangat mengganggu dan menyulitkan proses branding dan komunikasi brand identity ke depannya.
4. BTN Identik dengan Perumahan
Sesungguhnya di benak konsumen, brand name "BTN" sudah identik dengan perumahan tanpa harus ada kata "perumahan" di situ. Itu sebabnya renaming itu sesungguhnya tak perlu karena memiliki risiko blunder identitas yang cukup tinggi dan butuh dana besar untuk mengomunikasikannya.
Baca Juga: Lihat Foto: BTN Catat Pertumbuhan KUR Sebesar 101,5 Persen
Renaming adalam keputusan amat strategis sehingga dipikir masak-masak untung-ruginya. Meski demikian, Yuswohady beranggapan ada keuntungan apabila nama BTN diganti dengan BPR. Menurut dia bank tersebut dinilai akan lebih spesifik dan langsung mencerminkan fokus utama BTN sebagai bank yang melayani pembiayaan perumahan. "Ini dapat memperkuat brand sebagai bank yang melayani sektor perumahan sehingga lebih tajam ditangkap konsumen," kata dia.
Selain itu, perubahan nama ini akan membawa BTN kembali ke khitah dan memperkuat positioning sebagai bank perumahan dan tegas membedakan diri dari bank lain. "Karena tidak ada satupun bank di Indonesia yang secara khusus mengambil positioning ini," katanya.
(nng)
tulis komentar anda